Abstract:
Usaha budidaya ikan nila menggunakan metode active sludge dan juga terpal merupakan UMKM yang bergerak pada bidang perikanan. Metode menggunakan active sludge dan juga terpal memang metode yang cukup baru dibandingkan dengan metode konvensional. Berdasarkan data Angka Konsumsi Ikan (AKI) pada tahun 2018 mendapatkan konsumsi per tahunnya sebanyak 56,39 kg dengan proporsi ikan nila sebanyak 2,3%. Sehingga membuat konsumsi ikan menjadi besar dan dibutuhkan produsen ikan nila yang lebih banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal
tersebut disebabkan harga ikan lebih murah dibandingkan dengan harga daging sapi dan juga daging ayam. Berdasarkan data yang telah dipaparkan, maka usaha budidaya ikan nila tersebut dibangun. Dengan landasan menggunakan metode active sludge yang memiliki keunggulan ikan akan lebih cepat besar dan juga memiliki daging yang cukup segar. Selain itu dapat mengurangi penggunaan air yang berlebihan, bermanfaat bagi lingkungan dan juga harga yang ditawarkan kepada customer
lebih tinggi dibandingkan dengan pembesaran konvensional. Namun usaha budidaya ikan nila harus menujukkan kelayakan usahanya dengan menganalisis lima aspek yang akan digunakan yaitu aspek pasar, aspek hukum, aspek teknik, aspek lingkungan, dan aspek finansial. Setelah itu akan disimpulkan apakah budidaya ikan nila dengan metode bersifat feasible atau layak. Setelah melakukan pengolahan data dan pengumpulan data, didapatkan hasil berdasarkan kelima aspek yang digunakan, berdasarkan aspek finansial dengan metode NPV didapatkan hasil Rp Rp1.219.885.425 hal tersebut, menujukkan layak untuk dilanjutkan, serta dengan metode IRR
mendapatkan hasil 44 %, dan juga dengan menggunakan metode Discounted Payback Periode didapatkan hasil 1,035198472. Sehingga disimpulkan budidaya ikan nila menggunakan metode active sludge dan terpal layak untuk dilakukan di daerah Garut, Jawa Barat.