Abstract:
Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, dengan komposisi tubuh
manusia terdiri dari air hingga 70%. Walaupun air sangat banyak, namun air bersih
merupakan suatu sumber daya alam yang terhitung sulit untuk didapat. Ketersediaan air bersih nasional sendiri berada pada 72%-90%. PDAM Tirtawening tidak terkecuali
mengalami masalah dalam pengadaan air bersih bagi konsumennya. Penyebab utama
sulitnya mendapat suplai air bersih adalah sungai-sungai di Kota Bandung kotor, dan sumber air utama yang merupakan Sungai Cisangkuy debit airnya rendah karena adanya PLTA. PDAM Tirtawening sendiri ingin melakukan perbaikan namun sejak 2020 sudah mengalami kerugian dikarenakan tidak pernah ada penyesuaian harga sejak tahun 2013, sedangkan perbaikan lingkungan sendiri biayanya tentu besar.
Contingent Valuation Method dapat diterapkan untuk menilai willingness to pay
dari suatu barang publik. PDAM Tirtawening yang perlu melakukan penyesuaian harga,
dapat merujuk kepada kemauan konsumen untuk membayar lebih apabila PDAM
Tirtawening melakukan perbaikan lingkungan untuk menambah suplai air bersih pada
jangka waktu panjang. Pendekatan masalah ini dilakukan melalui survey terhadap
konsumen PDAM Tirtawening, dengan mengadaptasi teknik Dichotomous Choice with
Follow Up untuk mencari tahu WTP dan survival analysis untuk melihat proporsi konsumen mau membayar pada harga tertentu. Dari hasil pengolahan data, rata-rata WTP harga layanan air bersih yang didapat apabila tidak ada perbaikan lingkungan apapun adalah Rp. 5.217,5, dan apabila dilakukan perbaikan lingkungan rata-rata ini naik menjadi Rp. 5.972. Dengan mempertimbangkan proporsi konsumen yang membayar dari harga saat ini, PDAM Tirtawening dapat menaikkan harga layanan air bersihnya menjadi Rp. 5.715.