Abstract:
Negara maju cenderung memiliki jenis kebijakan lingkungan yang lebih tegas. Tetapi, dunia internasional menyaksikan tendensi negara dalam meninggalkan komitmen kebijakan lingkungan ketika dihadapkan dengan permasalahan atau kepentingan lain. Fenomena berikut adalah perilaku normal di bawah asumsi realisme di mana negara memang tidak melihat perubahan iklim sebagai high politics. Jerman menunjukkan pendirian berbeda atas kebijakan iklimnya. Terlepas dari tantangan domestik dan internasional yang ada, negara ini tetap memiliki pendirian yang konsisten terkait target-target kebijakan iklimnya. Kondisi yang lebih unik bahkan muncul dengan tujuan keamanan energi seiring proses dekarbonisasi strategi iklim domestik. Padahal, Jerman juga diharuskan mempertahankan seluruh komitmen di tengah pandemi dan juga konflik Rusia-Ukraina. Pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada skripsi ini adalah: “Bagaimana Jerman tetap menjalankan komitmen kebijakan keamanan energi di bawah Green Deal Uni Eropa?” Berdasarkan analisis ekonomi politik dari Tanner dan Allouche, dinamika perlu ditelusuri dari konseptualisasi, negosiasi, dan implementasi di tingkat internasional dan nasional. Penelitian menemukan bahwa Jerman memanfaatkan kesempatan yang ada di tantangan domestik serta internasional untuk memajukan agenda iklim dan energi mereka. Adaptasi dilakukan Jerman pada permasalahan COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina dengan program pemulihan ekonomi dan aksi-aksi yang mendorong transisi energi, seperti pengurangan pajak dan biaya energi terbarukan, serta pemberian paket investasi teknologi terkait. Olaf Scholz juga melakukan berbagai amandemen hukum dan kebijakan energi sebagai respon terhadap disrupsi persediaan energi.