Abstract:
Mekanisme transaksi ekspor-impor antar negara dalam peraturan perdagangan internasional saat ini menggunakan mata uang global atau reserve currency. Sekitar 90 persen total ekspor Indonesia bergantung pada mata uang dolar AS dan hanya 2,5 persen menggunakan mata uang rupiah. Begitupun dengan Thailand yang hanya menggunakan 7 persen mata uang lokalnya dalam perdagangan. Perdagangan antara Indonesia dan Thailand tentunya menggunakan reserve currency namun prosesnya tidak efektif karena terdapat transaction cost sebanyak dua kali. Kedua negara harus mengkonversikan mata uang lokalnya ke dolar AS untuk transaksi pembayaran lalu
mengkonversikan kembali ke mata uang lokal. Tujuan dibahasnya penelitian ini untuk mengatasi permasalahan ketergantungan penggunaan reserve currency dengan adanya sistem pembayaran Local Currency Settlement (LCS) yang memfasilitasi transaksi perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum implementasi LCS, kedua negara memiliki hambatan transaction cost yang mempengaruhi laju peningkatan perdagangan tidak signifikan. Sedangkan setelah disepakati, kedua negara sempat mengalami penurunan perdagangan karena belum efektifnya penerapan LCS serta pengaruh fenomena perdagangan global seperti perang dagang antara AS-China. Namun, sejak LCS diimplementasikan secara efektif, terjadi peningkatan yang sangat signifikan meskipun kontribusi
LCS dalam perdagangan Indonesia-Thailand baru 1,48 persen.