Abstract:
Menurut J.W. Hermann (2004), penjadwalan adalah perencanaan dari operasi yang dilakukan serta penentuan siapa yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut. Manfaat dari adanya penjadwalan adalah dapat diestimasi penggunaan waktu dan sumber daya yang tersedia. Pemanfaatan waktu dan sumber daya yang efisien dapat meningkatkan keuntungan. Oleh karena itu banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan cara agar dapat diperoleh penjadwalan yang optimal. Pada skripsi ini akan dibahas pemanfaatan algoritma metaheuristik dalam penyelesaian permasalahan penjadwalan sehingga dapat diperoleh pemanfaatan waktu yang efisien. Algoritma yang akan digunakan untuk memecahkan masalah adalah algoritma metaheuristik Red Deer.
Terdapat berbagai tipe permasalahan penjadwalan yang ada namun skripsi ini akan membahas permasalahan Flexible Flow Shop Scheduling. Karakteristik utama dari permasalahan Flexible Flow Shop Scheduling adalah adanya minimal satu tahap produksi yang memiliki lebih dari satu mesin untuk menyelesaikan tahap pekerjaan tersebut. Karakteristik lain yang dimiliki oleh flow shop juga teraplikasi pada permasalahan ini seperti alur yang sama untuk seluruh pekerjaan. Hasil dari penyelesaian permasalahan ini adalah sebuah penjadwalan dan nilai makespan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. Algoritma metaheuristik adalah algoritma yang dibuat untuk memecahkan permasalahan
dengan kompleksitas tinggi seperti permasalahan kombinatorial Flexible Flow Shop Scheduling yang akan dibahas dalam penelitian ini. Algoritma Red Deer adalah algoritma metaheuristik yang terinspirasi oleh sistem perkawinan Rusa Merah Skotlandia. Dalam penyelesaian masalah, algoritma Red Deer memiliki tahap pertarungan dan perkawinan yang akan membantu pencarian kombinasi solusi baru. Hasil yang akan diberikan adalah berupa kombinasi solusi terbaik yang
berhasil didapatkan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah perangkat lunak untuk memecahkan Flexible Flow Shop Scheduling Problem dengan Red Deer Algorithm. Perangkat lunak diuji menggunakan test case dari benchmark Wittrock (1988). Dalam benchmark tersebut, terdapat tiga belas jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan. Dalam satu kali produksi, akan dikerjakan enam set pekerjaan dengan jenis dan jumlah pekerjaan yang berbeda-beda. Pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh nilai parameter terhadap kualitas penjadwalan yang diberikan. Hasil dari
pengujian adalah bahwa peningkatan jumlah iterasi akan berpengaruh baik pada kualitas solusi. Sedangkan untuk peningkatan jumlah rusa jantan dan nilai a, semakin tinggi nilainya tidak selalu memberikan hasil solusi yang lebih baik.