Abstract:
Beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan terhadap jumlah restoran dan kafe di Bandung. Persaingan ketat sudah menjadi hal wajar sehingga kafe harus dapat menjamin dapat menarik pelanggan secar konstan. Salah satu cara meningkatkan atau mempertahankan daya saing adalah dengan harga jual makanan dan minuman yang kompetitif. Harga jual pesaing menjadi salah satu pertimbangan dalam menetapkan harga jual, dengan membandingkan harga jual rata-rata pesaing, pemilik kafe dapat menetapkan harga jual berdasarkan harga jual rata-rata produk yang identik atau mirip di pasar. Pemilik kafe perlu menghitung biaya produk atau harga pokok produk dengan benar agar harga jual yang ditetapkan tidak menghasilkan laba yang kecil akibat selisih harga pokok produk dengan harga jual yang terlalu kecil. Terdapat sistem pembebanan biaya yang menghasilkan harga pokok produk yang akurat. Sayangnya, masih sedikit restoran dan kafe yang menggunakan Activity-based Costing Method sebagai metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok makanan dan minuman yang ditawarkan kafe. Hal ini disebabkan karena implementasi metode ABC terbilang sulit dan membutuhkan ketelitian, waktu, dan ilmu mengenai metode ABC yang cukup agar tidak terjadi kesalahan saat menggunakan metode ABC. Penelitian ini dilakukan demi mendapat hasil nyata dari penggunaan Metode ABC untuk suatu kafe. Penelitian ini dilakukan pada Hafa Warehouse yang merupakan salah satu kafe di Bandung. Pembebanan biaya yang terjadi pada Activity-based Costing Method dianggap lebih adil daripada metode lain karena Metode ABC hanya membebankan biaya tidak langsung yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan produk yang menggunakan biaya tersebut. Pembebanan biaya yang dilakukan Hafa Warehouse tidak seperti itu, semua biaya selain biaya bahan baku menjadi pengurang pendapatan bersih.Apabila menggunakan metode ABC, biaya tidak langsung yang mengurangi pendapatan bersih adalah biaya yang tidak bisa dilacak ke suatu produk, seperti facility-sustaining costs yang merupakan biaya untuk mempertahankan fasilitas perusahaan secara keseluruhan sehingga jenis biaya tersebut tidak memiliki cost drivers yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan cost objects. Metode penilitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskrptif analitis. Penelitian ini menggunakan data bulan November 2022 tetapi data tersebut dianggap tidak cukup karena tidak bisa menggambarkan situasi keuangan Hafa Warehouse secara jangka panjang. Penulis memperoleh data dengan mewawancarai beberapa karyawan. Penulis juga melakukan observasi dan mendapatkan dokumen untuk dianalisis. Objek penelitian yang digunakan adalah Activity-based Costing Method, harga pokok produk, dan harga jual makanan dan minuman pada Hafa Warehouse.
Setelah penulis menghitung Harga Pokok Produk menggunakan Metode ABC, diketahui bahwa perhitungan harga pokok produk yang dilakukan Hafa Warehouse menghasilkan harga pokok produk yang undercosted karena harga pokok produk yang dilakukan Hafa Warehouse hanya memperhitungkan biaya bahan baku, tidak memperhitungkan biaya tidak langsung sehingga harga pokok produk yang dihitung lebih rendah dari kenyataan. Perbandingan harga pokok produk menggunakan metode ABC dengan harga pokok produk menggunakan metode Hafa Warehouse menghasilkan selisih harga pokok produk untuk empat produk unggulan. Selisih pada Tahu Lada Garam sebesar Rp23.283, Mac & Cheese sebesar Rp24.240, Kopi Aku sebesar Rp5.084, dan untuk Kopi Kamu sebesar Rp5.621. Setelah itu, penulis menentukan harga jual dengan mempertimbangkan biaya, permintaan, dan pesaing. Penulis hanya bisa memberikan mark up 10% untuk tahu lada garam dan mac & cheese karena harga pokok produk baru sudah melebihi harga jual lama dan harga jual pesaing. Sedangkan Kopi Aku dan Kopi Kamu dapat menikmati mark up 100% karena harga pokok produk yang rendah. Kesimpulan dan saran yang bisa membantu pemilik dapat diraih penulis setelah mengolah data yang sudah dikumpulkan pada tahap pengumpulan data.