Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesadaran Jepang tentang pentingnya budaya
setelah zaman pendudukan dan penjajahan, sehingga mempengaruhi adanya
transformasi budaya yang memanfaatkan diplomasi budaya demi mencapai
kepentingan nasionalnya. Salah satu negara yang terpengaruhi oleh transformasi
budaya Jepang untuk memanfaatkan diplomasi budaya melalui Cool Japan
Initiative adalah Tiongkok. Namun, pengaplikasian Cool Japan Initiative kurang
sesuai dengan rencananya ketika dihadapkan dengan sengketa kepulauan
Senkaku. Jepang justru memanfaatkan program tersebut untuk mempererat
hubungan diplomatiknya dengan Tiongkok. Berdasarkan pernyataan tersebut,
peneliti membuat pertanyaan penelitian yaitu, “Bagaimana diplomasi budaya
Jepang melalui Cool Japan Initiative mempengaruhi hubungan diplomatik Jepang
dan Tiongkok selama sengketa kepulauan Senkaku?”. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan konsep diplomasi budaya yang
merupakan turunan dari diplomasi publik, serta konsep internal balancing dari
konsep balance of power dengan metode kualitatif melalui pendekatan studi
kasus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa
diplomasi budaya Jepang melalui Cool Japan initiative mempererat hubungan
diplomatik Jepang dan Tiongkok selama sengketa kepulauan Senkaku, meskipun
rencananya kurang sesuai dengan pengaplikasiannya akibat pemanfaatan internal
balancing dan soft power Jepang terhadap Tiongkok sebagai negara rising power