Abstract:
Pada tahun 1980-an hubungan China dan India secara bertahap memasuki periode rekonsiliasi setelah adanya konflik di perbatasan pada tahun 1962. Perundingan, pertemuan tingkat tinggi antara pemimpin negara, pemimpin militer, menteri, hingga pembuatan perjanjian telah dilakukan oleh kedua negara sebagai langkah normalisasi hubungan. Namun, situasi yang tidak jelas terkait dengan garis demarkasi menjadi alasan dibalik kembalinya konflik di perbatasan China - India yang memuncak pada tahun 2017. Kedua negara tetap curiga terhadap ambisi dan langkah strategis satu sama lain, sehingga sampai saat ini tidak ada keputusan yang dapat disepakati bersama. Atas ketegangan diperbatasan, dampaknya terhadap hubungan ekonomi kedua negara tidak dapat dipungkiri. Perdagangan pada produk telekomunikasi dan aplikasi antara China - India menjadi terganggu. Keadaan tersebut dikarenakan oleh perilaku konsumen India yang bereaksi ekstrem dengan melakukan boikot produk China. Hal ini berawal dari sentimen anti-China yang dengan cepat menyebar setelah kematian 20 personil militer dari sisi India. Tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk kekecewaan dan perlawanan terhadap tindakan China diperbatasan. Huawei, Xiaomi, hingga aplikasi Tiktok yang berasal dari China telah merasakan dampak dari adanya ketegangan diperbatasan ini. Namun dengan posisi India yang bergantung terhadap produk China, negara tersebut juga tidak terlepas dari dampak negatif atas tindakan yang dilakukannya. Konflik ini juga kemudian telah meluas dan tumpang tindih dengan permasalahan serta intensi lain dari kedua negara.