Abstract:
Revolusi Industri 4.0 menjadi sebuah pergerakan masif dalam bidang teknologi dan informasi. Pergerakan pada sektor teknologi ini terus dikembangkan dengan terciptanya suatu konsep Internet of Things (IoT). Konsep IoT merupakan sebuah integrasi antara perangkat keras dengan sistem internet. Dalam mengaplikasikan konsep ini perlu didukung dengan banyak data yang terhubung antara internet dengan perangkatnya. Semakin banyaknya data yang dihimpun, ini merupakan sebuah konsep yang disebut sebagai Big Data. Penerapan Big Data merupakan tempat penyimpanan data pengguna secara besar yang diintegrasikan menggunakan IoT. Semakin banyaknya data yang dikumpulkan dalam suatu server dapat dijadikan keuntungan dalam pengembangan IoT dalam Revolusi Industri 4.0 yang bertujuan memudahkan kehidupan manusia. Namun, tentu saja dengan sistem yang kompleks tersebut memiliki sebuah ancaman di dalamnya, salah satunya dengan adanya sistem malware yang memiliki peran untuk pengambilan data tanpa adanya izin. Dalam penggunaan malware dalam Big Data Privacy. Tiongkok dan perusahaan state-owned menjadi aktor yang terduga dalam menggunakan malware dalam tindakannya. Berangkat dari permasalahan yang ada dalam pengembangan IoT pada Revolusi Industri 4.0, tulisan ini mengangkat pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana dampak Malware yang digunakan oleh Tiongkok dalam Big Data Privacy pada tahun 2010 - 2019?”. Dalam rangka untuk menjawabnya, penulis akan menggunakan konsep Shoshana Zuboff yang mengemukakan konsep dari surveillance capitalism dan teori dari cybersecurity dilemma yang dikemukakan oleh Ben Buchanan berbasiskan kepada teori security dilemma. Teori dan konsep tersebut menjelaskan penggunaan malware untuk kepentingan Tiongkok. Tulisan ini menemukan bahwa dalam penggunaan malware yang dilakukan oleh Tiongkok berdasarkan teori dan konsep yang digunakan bahwa Tiongkok melakukannya untuk keuntungan dan pertahanan diri.