Abstract:
Dengan adanya pandemi COVID-19 yang sedang melanda Indonesia pada era saat ini, persaingan bisnis menjadi lebih ketat dari sebelumnya akibat adanya perubahan consumer behaviour masyarakat. Salah satu faktor internal bagi perusahaan manufaktur yang mempengaruhi kinerja perusahaan adalah persediaan. Jika pengendalian persediaan barang jadi kurang efektif dan efisien, produk cacat bisa sampai ke tangan konsumen dan akan menjadi hal yang krusial bagi perusahaan. Dilaksanakannya pemeriksaan operasional secara menyeluruh akan memberikan gambaran akan seberapa efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya. PT. UPG merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur wadah atau peralatan makan berbahan dasar kaca. Selama pandemi, gudang barang jadi PT. UPG mengalami masalah karena overload. Penurunan penjualan dan produksi yang tidak dapat berhenti membuat supply dan demand tidak seimbang dan mengakibatkan gudang mengalami kelebihan persediaan. Pemeriksaan operasional merupakan proses menganalisis operasi internal dan aktivitas untuk mengidentifikasi area untuk perbaikan yang positif. Hasil dari pemeriksaan operasional ini adalah berupa temuan-temuan yang akan dicarikan rekomendasi agar perusahaan bisa terus menerapkan continuous improvement. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik, Kepala Gudang Barang Jadi, Ketua Regu, dan dari hasil observasi langsung terhadap aktivitas pengelolaan persediaan barang jadi. Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi literatur. Objek yang diteliti adalah pemeriksaan operasional terhadap pengelolaan persediaan barang jadi di PT. UPG. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan enam temuan utama yaitu sistem dan kebijakan gudang barang jadi secara keseluruhan yang kurang memadai, kebijakan penumpukan barang jadi dan palet yang kurang memadai, kurangnya pemberian perawatan dan fasilitas pada gudang barang jadi, gudang barang jadi yang overload, packing barang jadi yang kurang melindungi barang jadi, dan staf yang kurang disiplin. Adapun terkait hal ini, PT. UPG berpotensi menanggung kerugian maksimal atas kerusakan barang jadi dengan total sebesar Rp 1.295.912.722, kerugian akibat repacking dengan total maksimal sebesar Rp 1.647.711.441, dan kerugian akibat retur dengan total maksimal sebesar Rp 146.459.617. Oleh karena itu, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada PT. UPG untuk diterapkan, diantaranya adalah menetapkan kebijakan alur keluar masuk barang, membuat peraturan tertulis terkait gudang dan barang jadi, menetapkan tata cara penumpukan barang jadi dan palet, menentukan maksimal tumpukan, menjadwalkan kontrol dan inspeksi secara rutin, membuat laporan aging barang, memperbaiki packing, dan membuat protokol keselamatan kerja serta peraturan yang jelas untuk staf gudang.