Abstract:
Seiring perkembangan pariwisata dan jumlah wisatawan lokal yang terus meningkat di Kota Bandung, menjadi peluang untuk masyarakat memulai usaha seperti bisnis coffee shop. Pesatnya pertumbuhan jenis unit usaha ini menimbulkan persaingan yang ketat dan sebagian dari pengelola usaha tidak mampu untuk bertahan sehingga harus gulung tikar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kegiatan operasi yang diterapkan tidak efektif sehingga menimbulkan kerugian. Biji Kopi Keliling atau Biji Kopling merupakan kedai kopi atau coffee shop yang telah berdiri sejak tahun 2015. Diawali dengan menjual kopi di pekarangan rumah dengan menggunakan motor vespa, seiring berjalannya waktu, pemilik dari Biji Kopi Keliling telah mengubah garasinya menjadi kedai kopi dengan konsep rumahan yang beralamat di Jalan Sangkuriang no 16. Untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai target dan dapat bersaing dengan coffee shop lain yang terus bermunculan, dibutuhkan berbagai aktivitas bisnis dalam kegiatan operasinya, seperti aktivitas siklus pendapatan dan siklus pengeluaran yang menjadi aktivitas utama bagi Biji Kopi Keliling. Selain itu, pemilik dari Biji Kopi Keliling, Raditya Nur Hardono telah melakukan diferensiasi bisnis berkolaborasi dengan pemilik Kozi Coffee, Ramanda Audia Adam, dengan membuka sebuah restoran bernama Ong Noodle dan Rama Ramen yang berlokasi di Pasar Cihapit. Dengan melakukan diferensiasi usaha, kesibukan pemilik usaha bertambah dan semakin jarang memantau Biji Kopi Keliling secara langsung. Aktivitas bisnis merupakan serangkaian dari kejadian yang melibatkan pertukaran memberi-mendapatkan (give-get exchange). Contoh dari proses bisnis yang utama adalah siklus pendapatan dan siklus pengeluaran. Terdapat delapan komponen dalam COSO ERM yang saling terkait, yaitu internal environment, objective setting, event identification, risk assessment, risk response, control activities, information and communication, dan monitoring. Biji Kopi Keliling sebagai kedai kopi yang telah bertahan meskipun terdampak penurunan perkonomian yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 masih belum memiliki sistem pencatatan pada siklus pendapatan dan pengeluaran yang memadai. Hal ini dilihat dari proses pembelian bahan baku yang tidak terjadwal dan terlambat sehingga berakibat pada proses pendapatan produk yang tidak lancar.
Penelitian ini menggunakan metode hypothetico-deductive. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Tingkat inferensi dalam penelitian ini adalah dengan correlational study dan minimal interference. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pengamatan mengenai alur pendapatan dan pembelian dari Biji Kopi Keliling dengan melakukan observasi dan wawancara, serta mengidentifikasi sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan cross-sectional studies atau one shot studies yang membutuhkan waktu 4 bulan untuk mengumpulkan dan mengelola data. Pengendalian internal pada aktivitas siklus pendapatan dan siklus pengeluaran Biji Kopi Keliling masih belum memadai Hal ini dibuktikan dengan adanya rangkap jabatan antara kasir dengan barista, pemilik usaha dengan akuntan dan sering terjadinya pembelian bahan baku yang terlambat yang disebabkan oleh komunikasi antara pemilik usaha dan barista tidak lancar. Peranan pengendalian internal dapat peningkatan efektivitas aktivitas siklus pendapatan dan siklus pengeluaran pada Biji Kopi Keliling menambahkan tugas bagian gudang kepada setiap barista dan membuat SOP tertulis. Dalam SOP terdapat prosedur kegiatan operasional Biji Kopi Keliling untuk meminimalisir terjadinya pelanggan yang lupa membayar atau salah memberikan kembalian yang dapat memengaruhi total pendapatan yang diterima pada hari tersebut. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti jenis UMKM lainnya agar dapat membantu perkembangan bisnis UMKM bersangkutan.