Abstract:
Gedung baja modular semakin marak diperbincangkan dan dipelajari terutama di Indonesia yang membutuhkan inovasi pada metode konstruksi. Metode konstruksi modular dapat menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan metode konstruksi konvensional karena memiliki potensi untuk mempercepat waktu konstruksi, meningkatkan kualitas konstruksi, dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Namun kurangnya ketersediaan penelitian dan standar yang ada menjadi kendala dalam proses penerapan sistem konstruksi ini di Indonesia. Gedung modular sesungguhnya adalah gabungan dari beberapa modul individu yang disambung secara vertikal dan horizontal, sehingga sambungan antar-modul mempengaruhi performa dari keseluruhan gedung tersebut. Oleh karena itu, skripsi ini mempelajari perilaku gedung baja modular terhadap beban gempa akibat perbedaan jenis sambungan antar-modul. Terdapat 3 jenis sambungan dengan variasi jenis dan kekauan yang akan dibahas pada skripsi ini yaitu rigid connection (S1), bolted connection (Styles, 2016) (S2), end plate bolted connection (Gunawardena, 2016) (S3). Dilakukan studi parametrik untuk mempelajari pengaruh kekakuan sambungan antar-modul. Selain itu skripsi ini membandingkan perilaku dinamik dari gedung baja modular dengan rigid connection (S1A) dan gedung baja dengan bresing konsentris biasa (BKB). Hasil dari perbandingan ketiga sambungan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan jenis sambungan antar-modul mempengaruhi performa dari gedung. Model S2 dengan kekakuan sambungan antar-modul yang lebih paling besar diikuti oleh model S1 kemudian S3 menghasilkan performa struktur yang lebih baik. Kemudian, dari studi parametrik yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu kekakuan translasi sambungan vertikal memberikan pengaruh paling signifikan terhadap simpangan lateral gedung. Dari perbandingan antara model S1A dan model BKB menunjukan bahwa perbedaan pemodelan dari kedua sistem struktur menghasilkan perilaku dinamik yang berbeda.