Abstract:
Data rekaman gempa di Indonesia tidak memenuhi persyaratan yang cukup untuk melakukan
analisis riwayat waktu sehingga dalam pemilihan gerak tanah, diperlukan modifikasi gerak tanah
agar dapat merepresentasikan gempa rencana pada lokasi perencanaan. Berdasarkan SNI 1726:2019,
modifikasi gerakan tanah dapat dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu penskalaan amplitudo dan
pencocokan spektral. Model struktur didesain dengan melakukan pemodelan sendi plastis untuk
mengatur respons inelastik balok dan kolom. Skripsi ini membandingkan gerak tanah hasil
modifikasi gerak tanah metode penskalaan amplitudo dan pencocokan spektral, serta
membandingkan penilaian kinerja struktur hasil analisis riwayat waktu nonlinear dengan gerak
tanah hasil modifikasi gerak tanah penskalaan amplitudo dan pencocokan spektral.
Berdasarkan studi ini, gerak tanah setelah dimodifikasi dengan metode penskalaan
amplitudo memiliki karakteristik yang sama dengan gerak tanah sebelum dimodifikasi, sedangkan
gerak tanah setelah dimodifikasi dengan metode pencocokan spektral memiliki karakteristik yang
berbeda dengan gerak tanah sebelum dimodifikasi.
Penilaian kinerja struktur di tingkat global dan elemen menggunakan rekaman gempa Chi-
Chi Taiwan 1999 (RSN 1193). Hasil penilaian kinerja struktur di tingkat global untuk penskalaan
amplitudo dan pencocokan spektal adalah Immediate Occupancy. Untuk penilaian kinerja struktur
di tingkat elemen, gaya geser yang terjadi pada kolom dan balok merupakan aksi yang dikontrol
gaya yang dikategorikan sebagai aksi kritis. Demand capacity ratio aksi geser elemen balok akibat
gerak tanah hasil penskalaan amplitudo adalah 1,0118, sedangkan demand capacity ratio aksi geser
elemen balok akibat gerak tanah hasil pencocokan spektral adalah 0,8695. Demand capacity ratio
aksi geser elemen kolom akibat gerak tanah hasil penskalaan amplitudo adalah 0,3603, sedangkan
demand capacity ratio aksi geser elemen kolom akibat gerak tanah hasil pencocokan spektral adalah
0,2226. Momen lentur yang terjadi pada balok dan kolom merupakan aksi yang dikontrol oleh
deformasi yang dikategorikan sebagai aksi kritis. Rotasi yang terjadi pada elemen balok dan kolom
tidak melebihi kriteria penerimaan elemen seperti yang disyaratkan peraturan.