dc.description.abstract |
Sebagai global hotspot untuk perdagangan seks cyber dan eksploitasi
seksual anak secara daring, kejahatan ini sangat lazim terjadi di Filipina. Melihat
banyaknya kasus ini terjadi, pada level domestik, tahun 2009 Filipina mengeluarkan
Undang-Undang anti ponrografi anak, lalu Undang-Undang pencegahan kejahatan
cyber pada tahun 2012. Pada level internasional, Filipina membentuk Philippines
Internet Crimes Against Children Center (PICACC) bersama dengan Australia,
Britania Raya, dan juga organisasi non-pemerintah International Justice Mission.
Terlepas dari berbagai upaya tersebut, masalah ini tetap menjadi suatu fenomena
yang sering terjadi di Filipina. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan
penelitian “Mengapa kasus perdagangan seks cyber di Filipina tidak mengalami
penurunan meskipun berbagai respons telah dilakukan dalam level domestik dan
internasional?” Untuk menjawab hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan dua
teori utama. Pertama, model implementasi kebijakan Hogwood dan Gunn sebagai
alat bantu menganalisis respons Filipina. Kedua, teori aktivitas rutin Cohen dan
Felson untuk menganalisis faktor pendorong munculnya peluang perdagangan seks
cyber terjadi. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif menggunakan studi kasus tunggal. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, ditemukan bahwa terdapat tiga faktor pendorong yang menyebabkan
peluang perdagangan seks cyber di Filipina selalu muncul. Pertama, adanya para
pelaku (trafficker) yang mengalami kemiskinan dan termotivasi untuk
mendapatkan keuntungan, serta adanya pelanggan yang termotivasi mengejar
kepuasan pribadi. Kedua, banyaknya anak di bawah umur yang mengalami
kemiskinan, mempunyai kemampuan berbahasa inggris, serta ingin mencari teman
dari dunia maya yang membuat mereka sangat rentan menjadi korban dalam
industri ini. Ketiga, kurangnya pengawasan, baik dari orang tua terhadap anaknya,
maupun dari lingkungan sekitar terhadap korban perdagangan seks cyber. Selain
implementasi respons Filipina yang kurang maksimal, ketiga faktor ini lah yang
sangat berpengaruh dan menyebabkan perdagangan seks cyber di Filipina tidak
mengalami penurunan meski Filipina telah mengeluarkan respons dalam berbagai
level. |
en_US |