dc.description.abstract |
Jepang merupakan merupakan salah satu negara dalam dunia yang memiliki
pertumbuhan perekonomian sangat pesat di era pasca-Perang Dingin. Namun,
negara tersebut juga merupakan salah satu negara di dunia yang tidak memiliki
kapabilitas militer setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II dikarenakan adanya
Artikel 9. Keadaan tersebut membuat Jepang semakin sulit untuk menjaga
kestabilan dan keamanan dalam regional Asia Timur, lebih tepatnya pada area Laut
Tiongkok Timur dimana Kepulauan Senkaku terletak. Kestabilan wilayah tersebut
lebih diperparah dengan adanya peningkatan perekonomian Tiongkok yang diiringi
dengan peningkatan kapabilitas angkatan lautnya dengan dioperasikannya kapalkapal
induk kedalam angkatan laut tersebut. Peningkatan kapabilitas angkatan laut
Tiongkok, membuat negara tersebut semakin berani dan percaya diri untuk
memperlihatkan kekuatannya, serta memakai kapabilitas yang dimilikinya untuk
mengejar kepentingan nasional mereka.
Beranjak dari pernyataan-pernyataan tersebut, maka penelitian ini menarik
pertanyaan penelitian Bagaimana strategi Jepang untuk mengamankan wilayah
Kepulauan Senkaku dari ancaman Tiongkok. Untuk menjawab pertanyaan
penelitian tersebut, penelitian akan menggunakan teori Maritime Strategy in
Peacetime. Melalui teori tersebut terlihat upaya Jepang dalam mengimbangi
kapabilitas yang dimiliki Tiongkok, yaitu dengan merubah postur kebijakan luar
negeri yang dimilikinya menjadi lebih proaktif, meningkatkan kapabilitas pasukan
pertahanannya secara domestik, dan mempererat hubungan yang dimiliki oleh
negara tersebut dengan Amerika Serikat. Terlihat bahwa strategi yang Jepang ambil
tidak hanya bergantung kepada kekuatan eksternal, namun juga berusaha untuk
meningkatkan kekuatan internalnya. |
en_US |