Analisis saham-saham yang undervalued di BEI berdasarkan model value investing dari Benjamin Graham

Show simple item record

dc.contributor.advisor Hendrani, Januarita
dc.contributor.author Gunawan, Reinandus Aditya
dc.date.accessioned 2023-05-03T04:15:42Z
dc.date.available 2023-05-03T04:15:42Z
dc.date.issued 2009
dc.identifier.other tes1018
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/15012
dc.description 127363T/DIG - PMM en_US
dc.description.abstract Model Value Investing dari Benjamin Graham adalah metode untuk menyeleksi saham yang undervalue terhadap nilai aset dari sebuah perusahaan terbuka. Saham undervalue diharapkan dalam jangka panjang (5 tahun) dapat memberikan capital gain. Saham dapat dikatakan undervalue apabila analisis terhadap saham tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan secara keseluruhan berada di atas harga pasar saham perusahaan tersebut. Penulis menggunakan gabungan kriteria Benjamin Graham untuk mencari saham yang undervalue. Gabungan kriterium tersebut terdiri dari Kelompok I : kriterium 1 dan kriterium 6; Kelompok II : kriterium 3 dan kriterium 6; Kelompok III : kriterium 1, kriterium 3 dan kriterium 6; dan Kelompok IV : kriterium 1, kriterium 6 dan kriterium 9. Penjabaran dari kriterium tersebut adalah kriterium 1. An earnings-to-price yield at least twice the AAA bond yield; kriterium 3. A dividend yield of at least two-thirds the AAA bond yield; kriterium 6. Total debt less than book value; dan kriterium 9. Earnings growth of prior 10 years at least at a 7 per cent annual (compound) rate. Pencarian saham yang tergolong undervalue dilakukan terhadap 326 perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2003. Dari 326 perusahaan tersebut terdapat 221 perusahaan yang memperoleh capital gain. Dari 221 saham yang mewakili perusahaan tersebut ada 14 saham yang memenuhi kriterium pada Kelompok I; 3 saham yang memenuhi kriterium pada Kelompok II; 1 saham yang yang memenuhi kriterium pada Kelompok III; dan 3 saham yang yang memenuhi kriterium pada Kelompok IV. Model CAPM digunakan untuk menguji apakah saham tersebut memberi return di atas return pasar. Dari hasil model CAPM didapatkan bahwa hampir semua saham yang masuk kriteria di atas, tidak secara signifikan memberi return di atas return pasar. Kondisi tidak signifikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh goncangan karena kenaikan harga BBM di tahun 2005 yang mengakibatkan kenaikan harga saham yang terkait dengan energi, seperti BUMI dan pengganti BBM seperti AALI. Saham tersebut mendominasi pasar saham Indonesia karena banyak spekulator, baik lokal maupun asing, yang berusaha mendongkrak harga saham tersebut, sehingga berpengaruh besar terhadap kenaikan IHSG. Saham seperti BUMI dan AALI tidak masuk ke dalam kriteria saham undervalue menurut model value investing dari Benjamin Graham. Portofolio saham yang diambil secara random serta tidak terseleksi menurut model value investing dari Benjamin Graham dan bukan berasal dari sektor energi dan agro memberikan rerata capital gain yang lebih rendah dibandingkan dengan portofolio saham yang terseleksi menurut model value investing dari Benjamin Graham. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan en_US
dc.title Analisis saham-saham yang undervalued di BEI berdasarkan model value investing dari Benjamin Graham en_US
dc.type Master Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2007811004
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0424015701
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI803#Manajemen


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account