Abstract:
Model Value Investing dari Benjamin Graham adalah metode untuk menyeleksi
saham yang undervalue terhadap nilai aset dari sebuah perusahaan terbuka. Saham
undervalue diharapkan dalam jangka panjang (5 tahun) dapat memberikan capital gain.
Saham dapat dikatakan undervalue apabila analisis terhadap saham tersebut menunjukkan
bahwa nilai perusahaan secara keseluruhan berada di atas harga pasar saham perusahaan
tersebut. Penulis menggunakan gabungan kriteria Benjamin Graham untuk mencari saham
yang undervalue. Gabungan kriterium tersebut terdiri dari Kelompok I : kriterium 1 dan
kriterium 6; Kelompok II : kriterium 3 dan kriterium 6; Kelompok III : kriterium 1,
kriterium 3 dan kriterium 6; dan Kelompok IV : kriterium 1, kriterium 6 dan kriterium 9.
Penjabaran dari kriterium tersebut adalah kriterium 1. An earnings-to-price yield at least
twice the AAA bond yield; kriterium 3. A dividend yield of at least two-thirds the AAA bond
yield; kriterium 6. Total debt less than book value; dan kriterium 9. Earnings growth of prior
10 years at least at a 7 per cent annual (compound) rate.
Pencarian saham yang tergolong undervalue dilakukan terhadap 326 perusahaan
yang listing di BEI pada tahun 2003. Dari 326 perusahaan tersebut terdapat 221 perusahaan
yang memperoleh capital gain. Dari 221 saham yang mewakili perusahaan tersebut ada 14
saham yang memenuhi kriterium pada Kelompok I; 3 saham yang memenuhi kriterium pada
Kelompok II; 1 saham yang yang memenuhi kriterium pada Kelompok III; dan 3 saham
yang yang memenuhi kriterium pada Kelompok IV. Model CAPM digunakan untuk menguji
apakah saham tersebut memberi return di atas return pasar. Dari hasil model CAPM
didapatkan bahwa hampir semua saham yang masuk kriteria di atas, tidak secara signifikan
memberi return di atas return pasar.
Kondisi tidak signifikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh goncangan karena
kenaikan harga BBM di tahun 2005 yang mengakibatkan kenaikan harga saham yang terkait
dengan energi, seperti BUMI dan pengganti BBM seperti AALI. Saham tersebut
mendominasi pasar saham Indonesia karena banyak spekulator, baik lokal maupun asing,
yang berusaha mendongkrak harga saham tersebut, sehingga berpengaruh besar terhadap
kenaikan IHSG. Saham seperti BUMI dan AALI tidak masuk ke dalam kriteria saham
undervalue menurut model value investing dari Benjamin Graham. Portofolio saham yang
diambil secara random serta tidak terseleksi menurut model value investing dari Benjamin
Graham dan bukan berasal dari sektor energi dan agro memberikan rerata capital gain yang
lebih rendah dibandingkan dengan portofolio saham yang terseleksi menurut model value
investing dari Benjamin Graham.