dc.description.abstract |
Pandemi Ebola di Afrika Barat pada tahun 2013 adalah salah satu kasus wabah
virus yang paling besar dalam sejarah. Lebih dari 30.000 kasus Ebola dikonfirmasi
ditemukan, dengan lebih dari 11.000 orang tewas di tiga negara yang paling parah
terkena dampak yakni Guinea, Sierra Leone, dan Liberia. Guinea adalah salah satu
negara dengan dampak signifikan terhadap ekonominya, dimana Guinea sendiri
saat itu sudah kepayahan di bidang ekonomi bahkan dari sebelum wabah. Dengan
ditambah wabah tersebut, Guinea kemudian menghadapi situasi ekonomi yang
sangat tidak stabil, dengan pemerintah yang hampir tidak mampu
mengimplementasikan respon terhadap Ebola yang tepat, cepat, dan memadai
untuk wabah tersebut. Sektor ekonomi utama mulai menunjukkan tanda-tanda
keruntuhan, terutama di sektor pertambangan mengingat Guinea adalah rumah
cadangan bauksit terbesar di dunia. Maka menjadi tanggung jawab International
Monetary Fund untuk membantu pemerintah Guinea memikul beban yang terjadi
setelah wabah tersebut. Problematika neraca pembayaran yang mendesak yang
perlu segera ditangani menjadi perhatian IMF, dengan pencairan dana melalui
cara-cara yang tidak ortodoks. Pertanyaan sebenarnya adalah bagaimana IMF
membantu mengatasi dampak ekonomi dari wabah Ebola di Guinea selama
pandemi? Teori institusionalisme liberal sangat membantu dalam menjelaskan
fenomena ini, dengan IMF bertindak sebagai jembatan antar negara dalam
berkontribusi pada sistem ekonomi global. Pada akhirnya, dapat disimpulkan
bahwa Guinea dan IMF memiliki hubungan yang saling menguntungkan dan saling
bergantung, dengan IMF membantu menjamin stabilitas ekonomi di Guinea dan
Guinea membantu IMF mempromosikan stabilitas ekonomi secara global. |
en_US |