dc.description.abstract |
Keluarnya Amerika dari JCPOA mengenai perjanjian nuklir Iran pada 2018 merupakan tindakan yang sempat mengguncang dunia. Hal tersebut dikarenakan terdapat perubahan sifat yang ditampilkan dibandingkan pada saat proses pembuatan perjanjian tersebut. Pengeluaran keputusan oleh Washington tidak lama setelah terjadinya peningkatan intensitas konflik proxy war yang terjadi di Timur Tengah antara Amerika dengan Iran. Seperti yang sudah diketahui oleh dunia jika Israel merupakan sekutu Amerika yang paling loyal dan juga terdapat kelompok kepentingan Yahudi yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kebijakan “pro-Israel”. Pergantian sifat Amerika terhadap perjanjian nuklir Iran dan jangka waktu yang berdekatan dengan konflik yang sedang dihadapi oleh Israel merupakan topik yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Untuk melakukan penelitian yang mendalam terhadap tindakan tersebut, peneliti menggunakan Teori konstruktivisme dari Alexander Wendt. Pertanyaan penelitian yang akan diangkat adalah “Bagaimana Iran-US proxy war mendorong Lobi Israel sehingga mempengaruhi nilai-nilai dan kepentingan Amerika untuk keluar dari JCPOA dan kembali memberlakukan resanction terhadap Iran?”. Dalam upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis akan menggunakan metode kualitatif dengan mempergunakan data-data sekunder serta Teknik pencarian data studi Pustaka.
Berdasarkan kajian yang peneliti lakukan, telah didapatkan tiga poin kesimpulan. Pertama, jika terdapat kesamaan identitas yang dimiliki Amerika dan Israel yaitu keduanya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai Liberal seperti demokrasi dan lainnya. Kemudian di sisi lain, Iran memiliki identitas yang bertolak belakang dengan kedua negara tersebut yang kemudian dipersepsikan sebagai salah satu penyebab terjadinya konflik. Kedua, keputusan keluar dari perjanjian nuklir tersebut didasari kepentingan untuk menjaga keamanan Israel dari ancaman militer Iran serta Hizbullah yaitu untuk mencapai kepentingan milik Amerika dan aliansinya yaitu Israel. Pasca perang sipil yang terjadi di Suriah pada 2011, Iran memiliki fokus kepentingan baru yaitu memperluas pengaruh militer yang dimiliki serta membantu peningkatan armada militer milik kelompok Hizbullah yang mengancam keamanan nasional Israel. Ketiga, kelompok kepentingan Yahudi atau para Lobi Israel memiliki peran menjadi “main power house” dari tindakan Amerika. Lobi Israel memberikan pengaruh dengan melakukan berbagai aktivitas untuk mempengaruhi kepentingan Amerika, salah satunya melalui surat komplain resmi dari Netanyahu kepada pemerintah Amerika yang berisikan pernyataan jika perjanjian nuklir Iran telah gagal mencapai tujuannya. |
en_US |