Abstract:
Amerika Serikat sebagai negara adidaya selalu menjadi tujuan utama para imigran
dari seluruh dunia yang ingin mencapai kehidupan yang lebih baik melalui
pekerjaan dengan upah yang tinggi, pendidikan yang berkualitas, serta aksesibilitas
terhadap berbagai fasilitas publik yang canggih. Berdasarkan hal tersebut, dalam
masa pemerintahannya pada tahun 2012 Barrack Obama membentuk DAPA dan
DACA sebagai program penangguhan bagi para imigran. Namun dalam
penerapannya, kedua program tersebut dianggap menjadi alasan utama peningkatan
arus migrasi tidak berdokumen dan memfasilitasi para imigran kriminal untuk
masuk kesana dan melangsungkan aksinya tanpa kekhawatiran untuk ditangkap dan
dideportasi berkat hak-hak dan perlindungan yang dimilikinya dibawah kedua
program tersebut. Arus migrasi tidak berdokumen tersebut terus meningkat hingga
mengalami puncaknya pada tahun fiskal 2019. Adapun peningkatan ini
dikhawatirkan akan memenuhi lapangan pekerjaan dan membatasi akses terhadap
fasilitas publik bagi warga negara Amerika Serikat sendiri dan akan mempengaruhi
kesejahteraan kehidupan mereka baik dari sisi ekonomi maupun sosial mereka.
Melihat adanya urgensi tersebut, Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald J. Trump
mengambil sebuah tindakan sekuritisasi bagi warga negara Amerika Serikat
khususnya negara bagian Texas yang menjadi tujuan utama imigran tidak
berdokumen dari Meksiko. Namun dalam penulisan ini, terdapat temuan bahwa
upaya sekuritisasi tersebut justru semakin menciptakan ketidakamanan bagi
masyarakat Texas.