Abstract:
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis perilaku ASEAN di tengah rivalitas Amerika Serikat-Tiongkok. Kontestasi antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah mempengaruhi stabilitas politik di kawasan Indo-Pasifik dan juga ASEAN. Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok dan Free and Open Indo-Pacific (FOIP) Amerika Serikat telah menempatkan ASEAN sebagai aktor krusial dalam implementasi strateginya. Di satu sisi, ASEAN sendiri memiliki hubungan ekonomi yang baik dengan Tiongkok. Di sisi lain, Amerika Serikat menjadi kekuatan lama yang juga memiliki kontribusi dalam perkembangan ASEAN. Tidak ingin terjebak dalam politik kekuatan besar, ASEAN kemudian merancang konsepnya sendiri untuk membangun kerja sama di Indo-Pasifik yang dinamakan sebagai ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Peneliti kemudian menggunakan metodologi kualitatif dengan melakukan studi dokumen dan mengaplikasikan teori middlepowermanship dari Charalampos Efsthatopoulos sebagai kerangka pemikiran untuk menganalisis fenomena yang terjadi. Teori ini sendiri memiliki fokus untuk melihat perilaku middle power dengan menganalisis upaya mereka dalam menjaga status quo, menggunakan kerangka multilateral, dan menghindari konflik yang tidak perlu dengan menggunakan instrumen yang mereka miliki. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori middlepowermanship, sebagai kerangka dalam menjelaskan perilaku dan karakteristik ASEAN dalam menanggapi kontestasi antara Amerika Serikat-Tiongkok. Penulis kemudian menemukan bahwa ASEAN memiliki kecenderungan untuk memainkan peran middle power sebagai penghubung. Dengan menggunakan AOIP, ASEAN berusaha untuk menghindari entrapment yang dapat merugikan mereka. Di saat yang bersamaan, ASEAN juga berusaha untuk mempreservasi status quo agar mereka tetap dapat mempertahankan posisi dan peran mereka sebagai honest broker di kawasan. Dapat dikatakan, AOIP digunakan sebagai ccara bermanuver ASEAN untuk mengarungi polemik yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat-Tiongkok.