Abstract:
PT. X adalah perusahaan tekstil di Kabupaten Bandung. Kegiatan produksi PT.
X dibagi menjadi knitting, dyeing dan printing. Saat ini, PT. X cenderung memesan benang
dengan kuantitas berlebih sehingga mengakibatkan overstock. Overstock menyebabkan
biaya persediaan meningkat, membuat sebagian modal tidak bisa diinvestasikan untuk hal
lain, serta menimbulkan penumpukan melebihi kapasitas gudang. Perusahaan juga belum
memiliki metode spesifik dalam menghadapi kenaikan harga benang dengan
pemberitahuan terlebih dahulu. Usulan sistem persediaan diperlukan untuk
menanggulangi hal tersebut.
Penelitian difokuskan pada lima jenis benang dengan permintaan tertinggi.
Metode yang dipilih adalah metode Q, yaitu pemesanan dengan kuantitas tetap dan
reorder point tertentu. Permintaan dan lead time bersifat probabilistik dengan distribusi
tidak diketahui, sehingga simulasi Monte Carlo dipilih dalam penelitian.
Ukuran pemesanan diusulkan senilai 682 boks untuk PE 30, 669 boks untuk DTY
75/36, 551 boks untuk DTY 75/72, 273 boks untuk Rayon 30, dan 375 boks untuk DTY
100/96. Reorder point yang dihasilkan adalah 97,0957 boks untuk PE 30, 68,0587 boks
untuk DTY 75/36, 38,6405 boks untuk DTY 75/72, 25,9238 boks untuk Rayon 30, dan
60,5500 boks untuk DTY 100/96. Simulasi Monte Carlo menghasilkan expected total cost
sebesar Rp 28.855.057 untuk PE 30, Rp 24.515.656 untuk DTY 75/36, Rp 14.377.514
untuk DTY 75/72, Rp 16.230.109 untuk Rayon 30, dan Rp 6.288.810 untuk DTY 100/96.
Selain itu, perusahaan disarankan menyesuaikan ukuran pemesanan dan melakukan
pemesanan khusus jika terdapat pemberitahuan terlebih dahulu. Perhitungan
menunjukkan PT. X dapat berhemat dengan adanya pemesanan khusus, walaupun untuk
tiga jenis benang penghematan tersebut tidak optimal akibat terbatasnya kapasitas gudang
PT. X.