Abstract:
Globalisasi membuat proses integrasi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) terus mengalami perkembangan pesat. Terbentuknya Komunitas ASEAN 2015 dengan tiga pilar utamanya yaitu ASEAN Political-Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) membuat sekat-sekat batas negara semakin memudar. Dalam konteks aktifitas ekonomi, AEC yang juga dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memiliki empat karakteristik utama yaitu: pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang kompetitif, pembangunan ekonomi yang setara, dan integrasi ke dalam perekonomian global. Tulisan ini mencoba untuk menganalisis bagaimana sektor industri nasional dapat menjadi bagian dari implementasi MEA, bagaimana tantangan baik internal maupun eksternal yang menghambat keinginan sektor industri untuk menjadi bagian dari MEA, dan bagaimana jalan keluar yang dapat ditawarkan untuk mewujudkan keinginan tersebut. Penelitian ini akan menggunakan Teori Berlian dan konsep daya saing dari Michael Porter untuk membuat suatu analisis lengkap mengenai sektor industri nasional Indonesia. Selain itu, konsep kepentingan nasional dan kepentingan ekonomi juga akan digunakan untuk menjelaskan alasan pemerintah Indonesia harus menjadi pemain utama dalam era MEA. Tulisan ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif guna menguji dan menginterpretasikan dokumen dan data yang digunakan guna mendapatkan pemahaman dan membangun pengetahuan empiris berkaitan dengan analisis yang dibuat penulis. Untuk mendapatkan dan menganalisis data, penulis menggunakan beberapa strategi diantaranya: bertemu langsung dan melakukan wawancara dengan para pelaku sektor industri nasional, melakukan observasi mengenai interaksi diantara para pelaku industri, dan menelaah dokumen-dokumen terkait. Lokasi penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah Kota Bandung dengan beberapa industri unggulannya seperti industri kulit dan alas kaki serta industri tekstil. Hasil temuan yang didapat adalah sebagai berikut. Pertama, daya saing sektor industri alas kaki dan kulit serta tekstil di Kota Bandung masih dianggap lemah. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Teori Berlian dan konsep daya saing Michael Porter, ditemukan ada dua hambatan terbesar berkaitan dengan daya saing sektor industri yaitu masalah otonomi daerah dan budaya. Kedua, konsep otonomi daerah membuat adanya benturan kelompok kepentingan terutama antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota dalam membuat suatu rencana strategi pengembangan sektor industri dalam menghadapi MEA. Ketiga, budaya lokal yang melekat pada para pelaku industri menjadikan tidak adanya persaingan yang mengarah pada inovasi. Temuan ini yang disimpulkan oleh penulis menjadi salah satu pekerjaan rumah besar untuk meningkatkan daya saing industri dalam konteks globalisasi ekonomi pada era MEA.