Abstract:
Analisis nonlinier terdiri dari analisis beban dorong yang paling sederhana dan analisis riwayat
waktu respons nonlinier, dimana kedua metode tersebut sudah banyak digunakan di Indonesia dan
sudah diatur dalam SNI 1726:2019. Metode analisis riwayat waktu respons nonlinier memberikan
hasil yang lebih akurat. Akan tetapi, metode tersebut memerlukan waktu analisis yang lebih lama.
Oleh karena itu, metode keseimbangan energi yang prosesnya sederhana dikembangkan dari analisis
beban dorong untuk mengevaluasi desain struktur dan memprediksi keruntuhan. Studi ini
menerapkan metode keseimbangan energi pada struktur rangka beton bertulang pemikul momen
menengah yang didesain berdasarkan SNI 1726:2019 dan SNI 2847:2019. Setelah dimensi dan
konfigurasi tulangan balok dan kolom diperoleh, analisis beban dorong dilakukan untuk
mendapatkan kurva kapasitas. Dengan analisis beban dorong, diapatkan level kinerja struktur adalah
immediate occupancy. Selanjutnya, kurva kapasitas dikonversi menjadi kurva energy capacity. Titik
perpotongan antara kurva energy capacity dan energy demand yang didapatkan dari persamaan
keseimbangan energi menunjukkan simpangan maksimum pada tingkatan gempa yang ditinjau.
Untuk mendapatkan nilai percepatan spektral gempa, Sa penyebab keruntuhan dan simpangan saat
struktur akan runtuh, kurva energy demand ditingkatkan hingga ujung kurva tersebut berpotongan
dengan ujung kurva energy capacity. Sebagai pembanding, digunakan tiga gerakan tanah untuk
analisis riwayat waktu respon nonlinier. Pecepatan spektral dari masing-masing gerakan tanah yang
sudah diskalakan sesuai prosedur yang tercantum di dalam SNI 1726:2019, diperbesar menjadi nilai
Sa runtuh pada metode keseimbanan energi untuk mengetahui apakah bangunan akan runtuh akibat
percapatan spektral tersebut. Analisis keruntuhan menggunakan metode keseimbangan energi yang
diterapkan pada studi ini menghasilkan Sa gempa sebesar 1,02101g dengan simpangan atap
maksimum saat bangunan akan runtuh sebesar 0,16 m, simpangan maksimum saat gempa 2/3 MCE
sebesar 0,053 m dan pada gempa MCE sebesar 0,068 m. Nilai Sa penyebab runtuh dan simpangan
maksimum saat akan runtuh jauh lebih besar daripada saat gempa 2/3 MCE dan MCE yang berarti
struktur memiliki kapasitas yang jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan. Hasil analisis riwayat
waktu menunjukkan pada Sa maskimum sama dengan Sa penyebab keruntuhan pada metode
keseimbangan energi, balok mengalami kegagalan. Selain itu, interstory-drift akibat tiga gerakan
tanah yang sudah diskalakan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan metode keseimbangan
energi. Oleh karen itu, hasil studi menujukkan bahwa metode keseimbangan energi cukup akurat
dalam menganalisis keruntuhan struktur rangka beton bertulang pemikul momen menengah.