dc.description.abstract |
Kebutuhan akan papan atau tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia, selayaknya pangan dan juga sandang kebutuhan Hunian yang tinggi dapat dipenuhi dengan sebuah teknologi yang dapat memberikan hunian kepada masyarakat dalam waktu singkat. Rumah pracetak atau prefabrikasi merupakan salah satu upaya untuk menjawab kebutuhan tersebut. Rumah pracetak memanfaatkan beton pracetak sebagai komponen utamanya, Beton pracetak sendiri adalah produk beton untuk konstruksi yang diproduksi menggunakan material beton dan cetakan beton dengan ukuran yang telah ditentukan dan disesuaikan. Kementerian PUPR menciptakan teknologi rumah yang diberi nama RISHA atau Rumah Instan Sederhana Sehat dan juga RUSPIN yaitu Rumah Unggul Sistem Panel Instan. Ezy Griya developer pun juga menciptakan RIMAE yaitu Rumah Instan Adaptasi Ezy Griya. Minimnya informasi menyebabkan ketidakpahaman masyarakat akan konsep serta implementasi mengenai rumah pracetak serta ketiga teknologi rumah tersebut. salah satu penghuni RISHA yang berlokasi di Jalan Jayagiri, Lembang, Jawa Barat pun mengalami hal tersebut oleh karena itu dibutuhkannya kajian seberapa optimalnya RISHA untuk digunakan dan akan dibandingkan dengan RUSPIN dan RIMAE dari tiga segi, yaitu biaya pembangunan, durasi pembangunan, dan tata laksana pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa biaya pembangunan RIMAE membutuhkan biaya paling besar yaitu Rp78.761.458, diikuti dengan RISHA sebesar Rp 75.428.058 dan terakhir rustin sebesar Rp 63.785.765. Durasi pembangunan rutin juga paling cepat ( 62 hari) diikuti dengan RISHA ( 63 hari) dan terakhir RIMAE (64 hari). Dari segi tatalaksana pekerjaan komponen struktural ditemukan bahwa tahapan perakitan komponen struktural ketiga teknologi rumah adalah sama dimulai dari pekerjaan persiapan, pemasangan sloof, pemasangan kolom dan terakhir pemasangan balok atas. |
en_US |