Abstract:
Media sosial menjadi arena untuk menemukan, mempertontonkan, bahkan memperjualbelikan banyak hal. Hal ini menjawab kebutuhan orang yang haus akan tontonan atau keinginan seseorang untuk mempertontonkan diri. Dengan kata lain, media sosial menjadi sarana untuk mengumbar hasrat naluriah manusia untuk menikmati sesuatu sekaligus juga untuk dikagumi oleh orang lain. Fenomena ini membuat banyak orang berlomba-lomba mempertontonkan diri melalui unggahan potret diri. Guy Debord menyebut masyarakat seperti itu telah dilanda fetisisme komoditas, di mana mereka terjebak pada pseudo-world yang terpisah dari real-world. Masyarakat mengumbar diri secara murahan untuk menjadi konsumsi publik. Mereka menjadikan dirinya sebagai objek tontonan. Penulis menemukan bahwa fenomena ini didorong oleh hasrat seksual yang ingin diumbar yang diperkuat oleh motivasi untuk mendapatkan uang. Salah satu tujuan dari skripsi ini adalah ajakan supaya masyarakat tidak terjebak dalam pseudo-world karena hanya akan menjadi diri sebagai komoditas dan objek tontonan murahan.