Abstract:
Arsitektur gereja adalah perwujudan teologi (built-theology). Teologi menentukan keputusan arsitektural sehingga perubahan teologi, eklesiologi, dan liturgi pasca Konsili Vatikan II menyebabkan perubahan pada arsitektur gereja. Namun tidak semuanya harus diubah. Gereja dapat bertahan selama berabad-abad karena menjaga keseimbangan antara relevansi (aggiornamento) dan konservasi (resourcement). Karya tulis ini meneliti hal-hal mana saja yang tidak dapat diubah dari arsitektur gereja, sebab sudah terlalu banyak yang diubah dari arsitektur gereja. Beberapa di antaranya tidak diintensikan oleh konsili sendiri. Melalui telaah dokumen-dokumen Konsili Vatikan II dan literatur yang merefleksikan dokumen-dokumen tersebut, penulis menemukan bahwa ukuran, langgam, dan material gereja dapat diubah. Namun altar, ambo, tabernakel, panti baptis, ornamen, dan hirarki kekudusan dalam gereja mesti dipertahankan dan diserasikan dengan teologi Gereja demi merepresentasikan Yerusalem surgawi. Gereja juga harus terlihat seperti gereja dan berani menentang kesemuan, kebanalan, serta sekularitas dunia dengan menampilkan diri secara lain dari dunia sekitarnya (otherworldy).