Identitas akulturasi arsitektur lokal (Banten) dan non-lokal (modern) pada perancangan gedung pendopo Bupati Serang : studi preseden : kantor Walikota Pontianak, kantor Bupati Solok Selatan

Show simple item record

dc.contributor.advisor Salura, Purnama
dc.contributor.advisor Fauzy, Bachtiar
dc.contributor.author Ichsan, Pilar Saga
dc.date.accessioned 2022-12-12T08:19:21Z
dc.date.available 2022-12-12T08:19:21Z
dc.date.issued 2021-08
dc.identifier.other tes2076
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/13934
dc.description.abstract Idealnya, bentuk bangunan selaras dengan fungsi yang diwadahinya. Terlebih lagi pada bangunan pemerintahan yang memiliki nilai simbolik yang penting. Sayangnya, bentuk bangunan – bangunan pemerintahan yang ada di Indonesia justru dinilai tidak representatif. Fenomena ini mungkin saja disebabkan semakin menurunnya aspek lokalitas dan hilangnya identitas arsitektur lokal akibat globalisasi. Perkembangan arsitektur di suatu daerah mempengaruhi perkembangan budaya daerah terkait, dengan mulai ditinggalkannya unsur lokalitas arsitektur maka seiring waktu unsur lokalitas tersebut akan punah. Berangkat dari permasalahan dan fenomena tersebut, menghasilkan isu yang cukup penting khususnya akulturasi bangunan pemerintahan yang dapat mencirikan lokalitas dari sebuah tempat. Sehingga penelitian yang dilakukan ini menjadi sangat penting untuk menjawab bagaimana untuk menghasilkan konsep lokal dan modern yang tepat terhadap perencanaan gedung Pendopo Kabupaten Serang yang mencirikan konteks lokal sosial – budaya dari masyarakat Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas tentang ragam bentuk akulturasi arsitektur lokal dan modern pada gedung pemerintahan yang ditinjau dari aspek ragam bentuk akulturasi dan dominasi arsitektur yang terjadi pada aspek lokalitas dan modernitas sehingga dapat dipahami untuk selanjutnya dapat diimplementasikan pada desain gedung pemerintahan Pendopo Bupati Serang. Teori yang diterapkan pada kajian ini merujuk pada (1) teori dan budaya arsitektur Banten, (2) teori ragam bentuk akulturasi arsitektur, (3) teori fungsi, bentuk dan makna (fbm), (4) teori ordering principle, (5) teori archetypes, (6) teori arsitektur modern dan (7) teori arsitektur gedung pemerintahan. Disamping itu metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, kualitatif, dan interpretatif yang dapat digunakan dalam melakukan telaah dan penelusuran mendalam terhadap objek studi preseden yaitu gedung pemerintahan Walikota Pontianak dan gedung pemerintahan Bupati Solok. Hasil penelitian terhadap teori dengan metode yang telah dijabarkan ini akan melihat dominasi yang terjadi antara arsitektur modern dan arsitektur lokal sehingga dapat dilanjutkan menjadi pedoman desain yang spesifik serta dapat diterapkan pada simulasi desain perancangan gedung Pendopo Bupati Serang dengan baik. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat akan pentingnya lokalitas dalam membangun dan melestarikan budaya dan arsitektur lokal serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan arsitektur yang telah ada baik bagi akademik maupun praktisi dan memberi kontribusi yang positif bagi pemerintah daerah setempat dalam menyusun peraturan daerah. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Magister Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan en_US
dc.subject Identitas en_US
dc.subject Akulturasi Arsitektur en_US
dc.subject Lokal (Baten) en_US
dc.subject Non – Lokal (Modern) en_US
dc.title Identitas akulturasi arsitektur lokal (Banten) dan non-lokal (modern) pada perancangan gedung pendopo Bupati Serang : studi preseden : kantor Walikota Pontianak, kantor Bupati Solok Selatan en_US
dc.type Master Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM84116013
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0409125501
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0425096001
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI841#Arsitektur


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account