Abstract:
Bisnis kuliner saat ini sedang berkembang pesat dan juga memiliki potensi untuk
berkembang cukup besar. Seiring perkembangan teknologi digital 4.0 membuat
sektor industri semakin kompetitif, termasuk industri kuliner. Sehingga memaksa
para pebisnis untuk selalu unggul dari setiap aktivitas operasi yang dijalani. Untuk
dapat bersaing dan bertahan di industri ini, setiap kegiatan dalam perusahaan harus
efektif dan efisien. Manajemen perlu memperhatikan segala aspek dalam perusahaan
yang dapat mempengaruhi penetapan laba rugi yang salah satunya adalah penjualan.
Salah satu upaya agar aktivitas penjualan tidak gagal adalah dengan memberikan
kualitas pelayanan yang baik kepada konsumen. Kualitas pelayanan merupakan suatu
bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat
kayanan yang diharapkan. Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan operasional atas
aktivitas penjualan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
Pemeriksaan operasional merupakan sebuah proses yang memiliki
sistem, guna mengumpulkan dan memeriksa informasi yang digunakan untuk
melaporkan tingkat ketepatan informasi dan kriteria yang sudah ditetapkan.
Pemeriksaan operasional dilakukan melalui lima tahap yaitu planning, work
programs, field work, development of findings and recommendations, dan reporting.
Hal ini dilakukan untuk menilai apakah aktivitas penjualan telah beroperasi secara
efektif, efisien, dan ekonomis untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
Kepuasan konsumen adalah perasaan yang muncul antara senang dan kecewa dari
kebijakan atau layanan yang diterima. Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan,
yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang
mengumpulkan dan menjelaskan keadaan yang ada dan karakteristik yang memiliki
hubungan dengan penelitian. Dengan menggunakan data primer dan data sekunder
yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner serta teknik
pengumpulan data studi literatur dengan mempelajari buku, jurnal, dan internet.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada manajer dan
karyawan yang berhubungan dengan aktivitas penjualan Haben Kedai Kopi, serta
peneliti menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dan menganalisis kuesioner
mengenai kebijakan dan prosedur serta kualitas pelayanan berdasarkan lima dimensi.
Ditemukan kelemahan pada kebijakan dan prosedur atas aktivitas penjualan,
perekrutan karyawan, serta pelatihan dan pengendalian terhadap karyawan yang
kurang memadai. Hasil dari kuesioner memperoleh total skor akhir berdasarkan
indikator dimensi yang ditemukan bahwa kualitas pelayanan pada reliability sebesar
86,36%, responsiveness sebesar 78,72%, assurance sebesar 80,4%, empathy sebesar
77,68%, dan tangibles sebesar 79,16%. Responden diminta ketersediannya untuk
memberikan kritik dan saran terhadap kualitas pelayanan Haben Kedai Kopi.
Kelemahan yang ditemukan pada tahap pengumpulan data dikembangkan di tahap
keempat pemeriksaan operasional, yaitu tahap pengembangan dan rekomendasi.
Diharapkan kelemahan yang masih membuat konsumen kecewa dapat menjadi
masukan kepada Haben Kedai Kopi untuk melakukan perbaikan pada aktivitas
penjualan sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen.