Abstract:
Kondisi persaingan yang sangat ketat dalam dunia usaha saat ini memberikan tantangan kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Adanya persaingan ini membuat perusahaan harus menciptakan produk yang dapat bersaing dengan produk yang ditawarkan kompetitor. Untuk menarik konsumen untuk membeli produk tersebut, perusahaan berusaha untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau sehingga dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Hal ini juga dilakukan agar tercapainya tujuan perusahaan untuk mencapai laba yang diharapkan. Target costing merupakan suatu metode yang dapat membantu perusahaan untuk dapat memproduksi produk yang sesuai keinginan konsumen dengan harga terjangkau. Penerapan target costing ini dimulai dengan menentukan target price yang mengacu pada kondisi harga pasar atau harga yang ditawarkan oleh pesaing. Selanjutnya target price akan dikurangkan dengan laba yang diharapkan perusahaan (target profit) untuk mendapatkan target cost. Pada kenyataannya, seringkali biaya yang terjadi lebih besar dari pada target cost. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan value engineering yang dapat membantu perusahaan agar terjadi cost reduction sehingga target cost yang sudah ditentukan dan laba yang diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analitis. Penulis mengumpulkan data dengan melakukan observasi, wawancara, serta studi kepustakaan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis meneliti sebuah perusahaan makanan yang memproduksi roti yaitu TKC Bakery yang berlokasi di kota Cianjur. Berdasarkan hasil penelitian penulis, TKC Bakery belum pernah menerapkan target costing. Selain itu dalam menghitung harga pokok produk, TKC Bakery masih menggunakan traditional costing dengan hanya memperhitungkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, penulis menghitung harga pokok produk roti kombinasi lima rasa yang merupakan produk baru TKC Bakery dengan menggunakan activity based costing agar dapat dihasilkan harga pokok produk yang lebih tepat. Namun setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa harga pokok produk roti kombinasi lima rasa lebih tinggi dari target cost yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk perusahaan melakukan empat usaha value engineering untuk menekan biaya produk. Usaha pertama value engineering yang disarankan adalah mengganti supplier yang menjual bahan baku lebih murah tetapi dengan kualitas yang sama, usaha kedua adalah mendesain ulang resep roti kombinasi lima rasa untuk adanya penghematan biaya bahan baku, usaha yang ketiga adalah mengganti isian keju dengan isian krim keju, dan usaha keempat adalah tidak menambah dua orang tenaga kerja melainkan satu orang tenaga kerja bagian pencetakan dan pengemasan. Dengan perusahaan melakukan empat usaha value engineering tersebut, maka harga pokok produk roti kombinasi lima rasa diharapkan dapat mencapai target cost dan laba yang diharapkan.