Abstract:
Pesatnya perkembangan penduduk di Indonesia mengakibatkan pembangunan infrastruktur juga
ikut berkembang. Pembangunan infrastruktur baru membutuhkan lahan kosong, sehingga
mengakibatkan lahan yang ada di kota-kota besar semakin berkurang. Salah satu solusi untuk
mengurangi kebutuhan akan lahan kosong adalah dengan membangun gedung bertingkat.
Pembangunan gedung bertingkat dengan salah satu fungsi seperti gedung perkantoran merupakan
contoh konstruksi yang umum pada saat ini. Ketidakberaturan struktur pada gedung bertingkat dapat
diakibatkan oleh fungsi lantai yang tidak sama antara lantai yang satu dengan lantai yang lainnya.
Pada skripsi ini, dilakukan analisis bangunan gedung dengan soft story dengan perletakan fixed base
dan gedung dengan struktur base isolation (tipe lead rubber bearing) dengan nilai koefisien
modifikasi respons yang berbeda yaitu 5 dan 8. Percepatan rekaman gempa yang digunakan adalah
gempa El Centro N-S tahun 1940, gempa Denpasar B-T tahun 1979,gempa Parkfield 1966 N65E,
gempa Bucharest 1977 N-S dan gempa Flores tahun 1992. Berdasarkan hasil analisis non-linear
riwayat waktu diketahui bahwa penggunaan base isolation dapat mereduksi gaya geser sebuah
gedung sebesar 59,52% dan dan menambah periode getar sebsesar 175% tetapi gedung menjadi
lebih fleksibel sehingga perpindahan lantai menjadi semakin besar. Namun base isolation tidak
dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi ketidakberaturan vertikal.Struktur base isolation
dipengaruhi oleh nilai koefisien modifikasi respons (R) yang mempengaruhi respons dari model
gedung dimana semakin kecil nilai koefisien modifikasi respons maka gaya geser dasar, simpangan
antar tingkat, perpindahan lantai, dan kebutuhan tulangan longitudinal akan menjadi semakin besar.