Abstract:
Adanya perubahan dan pembaruan peta gempa di Indonesia membuat SNI 1726 harus ikut
diperbaharui. SNI 1726-2012 dan SNI 1726-2019 terdapat perbedaan pada peta gempa, response
spectrum, koefisien situs, dan penskalaan sehingga gedung harus dievaluasi menggunakan SNI
1726-2019. Pada skripsi ini dilakukan retrofitting pada model eksisting yang dievaluasi
menggunakan SNI 1726-2019 dan analisis perbandingan posisi Lead Rubber Bearing (LRB) yaitu
di bagian atas, tengah, dan bawah kolom lantai dasar. Posisi LRB pada kolom akan mempengaruhi
kebutuhan tulangan dari elemen struktur khususnya pada balok. Semakin jauh posisi LRB pada
kolom terhadap balok maka kebutuhan luas tulangan balok akan semakin meningkat dan juga
sebaliknya. Hal ini terjadi dikarenakan pembesaran momen yang diterima oleh balok. Berdasarkan
hasil analisis respons spektrum pada gedung retrofitting paling optimal dengan posisi LRB di bagian
atas kolom (model 3A) mengalami penurunan rata-rata gaya geser tiap lantai sebesar 59,97%,
simpangan antar tingkat sebesar 87,39% dari model 2 dan tidak terjadi kegagalan pada elemen
struktur kolom dan balok. Adanya momen tambahan akibat eksentrisitas yang terjadi pada bagian
kolom lantai dasar mengakibatkan peningkatan nilai reaksi perletakan pada model 3A dan
peningkatan nilai demand/capacity ratio kolom bagian bawah LRB dengan rata-rata sebesar 22%.
Percepatan rekaman gempa yang digunakan adalah Gempa Kobe, Gempa El Centro, dan Gempa
Chichi. Gedung retrofitting (model 3A) dianalisis dengan riwayat waktu linier sesuai dengan
ketentuan SNI 1726-2019 untuk gedung dengan sistem isolasi gempa, menunjukkan simpangan
antar tingkat yang terjadi lebih kecil dari ketentuan ijinnya.