Abstract:
Api merupakan salah satu unsur kehidupan manusia yang penting dan mempengaruhi banyak
bidang termasuk dalam bidang arsitektur. Segala sesuatu ikhwal tentang api baik dari
prosesnya, perwujudan dalam benda dan tempat bisa disebut dengan Per-api-an. Penggunaan
per-api-an dalam berarsitektur menciptakan beberapa konsep kemasyarakatan dan berhuni.
Seiring dengan adanya perkembangan teknologi membuat masyarakat mulai meninggalkan
per-api-an dalam beraktivitas sehingga dikhawatirkan akan mengubah konsep
kemasyarakatan dan berhuni yang telah berjalan dengan baik. Terjadi pergeseran fungsi perapi-
an di hunian. Beberapa teori yang membahas tentang api dan arsitektur telah disampaikan
oleh beberapa ahli dari barat. Beberapa teori tersebut diantaranya adalah teori empat elemen
arsitektur dari Gottfried Semper, teori primitif hut dari Unwin, dan teori Vitruvius. Penelitian
di dua musim telah dilakukan di Dataran Tinggi, namun belum melakukan pembahasan
tentang pergeseran fungsi dan makna. Hasil dari kajian teoritik memperlihatkan bahwa api
mempengaruhi aktivitas manusia dalam berhuni terutama di daerah empat musim. Kajian
teoritik memperlihatkan adanya celah penelitian yang belum membahas tentang pergeseran
fungsi dan makna per-api-an pada hunian terutama akibat perkembangan teknologi di daerah
dua musim. Melihat kajian teoritik dan fenomena di lapangan maka dirumuskan tujuan
penelitian yaitu menemukan konsep dan faktor penyebab pergeseran fungsi dan makna perapi-
an pada hunian dataran tinggi dan dataran rendah akibat perkembangan teknologi.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus. Indonesia
merupakan wilayah tropis yang mempunyai dua jenis kondisi alam. Dataran tinggi dengan
iklim yang cukup dingin dan dataran rendah dengan iklim yang cukup panas. Kedua wilayah
mempunyai perlakuan yang berbeda dalam menggunakan per-api-an. Studi kasus dilakukan
pada Desa Kalidesel, Wonosobo untuk mewakili dataran tinggi dan Desa Cabean Kidul,
Rembang untuk mewakili dataran rendah. Pengambilan sampel menggunakan kriteria tertentu
dan diambil sampel sebanyak 20 hunian pada wilayah dataran tinggi dan rendah. Pengambilan
data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Validasi
triangulasi data menggunakan tiga metode pengambilan data. Analisis dilakukan per hunian
pada masing-masing wilayah, dilanjutkan analisis per wilayah dataran tinggi dan rendah, dan
diakhiri dengan analisis total untuk kedua wilayah.
Hasil penelitian menemukan bahwa proses pergeseran fungsi dan makna per-api-an
bisa dilihat dari tataran simbolik, sosial dan pragmatis. Tataran simbolik merupakan tataran
yang paling bisa mempertahankan per-api-an, tataran sosial merupakan tataran kedua setelah
simbolik dan tataran pragmatis merupakan tataran yang tidak bisa mempertahankan per-apian.
Proses pergeseran per-api-an menyebabkan perubahan hirarki ruang. Faktor penyebab
pergeseran fungsi dan makna per-api-an di hunian seiring dengan perkembangan teknologi
adalah faktor keyakinan, kelogisan, kepraktisan, pola pikir modern. Dampak pergeseran fungsi
dan makna per-api-an menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap suatu ruang. Temuan
tentang konsep pergeseran fungsi dan makna per-api-an menjelaskan bahwa fungsi yang
dipengaruhi oleh teknologi membuat perubahan makna dan keyakinan dalam masyarakat.
Makna yang terjadi pada suatu ruang akan membuat perubahan hirarki pada suatu ruang.
Hirarki merupakan faktor penting dari suatu ruang. Seberapa pentingnya suatu ruang akan
membuat fungsi ruang menjadi berbeda. Konsep pergeseran menjelaskan bahwa pergeseran
fungsi akan mengakibatkan perubahan hirarki.