dc.description.abstract |
Pada tahun 2018 terlihat bahwa pertumbuhan industri jasa makanan dan minuman masih
bertumbuh cukup baik yaitu sebesar 6,89%, industri ini terus bertumbuh dikarenakan pebisnis
baru merasa aman dengan prospeknya. Tetapi pada awal tahun 2020 terjadi pandemik covid-
19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi melambat, sehingga informasi biaya yang
tepat semakin dibutuhkan untuk pebisnis dapat bersaing di industri makanan yang ketat.
informasi ini digunakan untuk mengambil keputusan seperti keputusan harga jual dan
keputusan pemberhentian produk. Dalam penelitian ini akan meneliti bagaimana activitybased
costing berperan dalam menghitung harga pokok produk untuk membuat keputusan
pengembangan atau pemberhentian produk pada Kafe N. Peneliti memilih untuk meneliti Kafe
N pada bulan Juni 2020 dikarenakan Kafe N masih bertahan dalam keadaan pandemik covid-
19.
Perusahaan pada industri jasa makanan dan minuman memiliki komponen
biaya tidak langsung yang besar, hal ini dikarenakan perusahaan pada industri makanan
memiliki jenis produk yang bervariatif. Maka dari itu dibutuhkan sistem pembebanan produk
yang baik untuk dapat membebankan biaya tidak langsung ketiap-tiap produk, saat ini sistem
pembebanan yang paling tepat adalah dengan activity-based costing system. Activity-Based
Costing dapat membantu menghitung harga pokok produk dengan tepat karena membebankan
biaya sumber daya sesuai dengan aktivitas dalam membuat sebuah produk dengan
menggunakan resource cost driver, sehingga biaya yang dihitung bukan melalui biaya estimasi
atau tanpa dasar.
Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik, artinya peneliti memberikan
gambaran mengenai objek yang diteliti, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi. Peneliti mendapatkan data dengan melakukan wawancara dan
observasi lapangan ke perusahaan.
Berdasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa Kafe N
menghitung harga pokok produk tahu cabe garam sebesar Rp. 8.000,- , harga pokok produk
signature sandwich sebesar Rp. 14.000,- , harga pokok produk chicken salted egg sebesar Rp.
14.000,- dan harga pokok produk es café latte sebesar Rp 8.000,-, selama ini Kafe N
melakukan perhitungan biaya harga pokok produk dengan hanya memasukkan komponen
biaya bahan baku saja. Dengan perhitungan harga pokok produk menggunakan activity-based
costing system pada penelitian ini, diketahui bahwa harga pokok produk tahu cabe garam
mengalami undercosted sebesar Rp. 36.436, harga pokok produk signature sandwich
mengalami undercosted sebesar Rp. 38.679, harga pokok produk chicken salted egg
mengalami undercosted sebesar Rp. 40.362, harga pokok produk es café latte mengalami
undercosted sebesar Rp. 39.104. Terjadinya undercosted yang tinggi disebabkan oleh tarif
biaya aktivitas yang tinggi, hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang produktif diakibatkan
oleh tingkat permintaan yang rendah saat terjadi pandemik covid-19. Berdasarkan penelitian
ini, sebaiknya Kafe N menerapkan activity-based costing system untuk perhitungan harga
pokok produknya agar informasi harga pokok produk yang dihasilkan lebih akurat
dibandingkan perhitungan yang sekarang dihitung oleh Kafe N dan melakukan penghematan
terhadap biaya aktivitas dan melakukan optimisasi untuk kegiatan aktivitasnya atau melakukan
inovasi untuk meningkatkan kuantitas penjualan yang terjadi. |
en_US |