US use of force towards Iran around the Persian Gulf after JCPOA withdrawal

Show simple item record

dc.contributor.advisor Syawfi, Idil
dc.contributor.author Pradhana, Aldo Arya
dc.date.accessioned 2022-11-08T07:52:20Z
dc.date.available 2022-11-08T07:52:20Z
dc.date.issued 2021
dc.identifier.other skp41129
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/13616
dc.description 9616 - FISIP
dc.description.abstract JCPOA dianggap sebagai momen yang bersejarah bagi hubungan AS – Iran pada saat pertama dibentuk pada tahun 2015 meskipun banyak kritisisme terhadap kesepakatan ini. Tidak lama setelah Presiden Donald J. Trump mulai menjabat, AS memandang bahwa kesepakatan ini tidak sebanding dengan tindakan Iran di Timur Tengah dan merupakan sebuah hambatan bagi AS untuk menekan Iran dan menagkhiri aktivitas buruk Iran serta program Nuklir Iran yang kontroversial. Pada akhirnya AS keluar dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018. Hal-hal yang terjadi setelah keluarnya AS ini sering dikaitkan dengan ketegangan tinggi antara AS dan Iran, khusus nya di Teluk Persia. Tidak jelas hal nya apakah AS akan kembali terlibat dalam dialog dan menghasilkan kesepakatan baru. Bahkan melainkan terlibat kembali dalam dialog, AS telah meningkatkan tekanan terhadap Iran terutama dalam segi tekanan diplomatik dan ekonomi. Sebagai tambahan terhadap tekanan diplomatik dan ekonomi, AS juga telah meningkatkan tekanan melalui pengerahan kekuatan militer di kawasan tersebut yang terfokus pada Iran. Dalam rangka menjelaskan pertimbangan di balik mengapa AS telah meningkatkan pengerahan kekuatan militer yang tefokus pada Iran, penelitian ini akan menggunakan alat ilmiah yang berupa teori Offense-Defense seperti yang diinterpretasi oleh Stephen Van Evera. Teori ini berargumen bahwa faktor-faktor militer, geografis, tatanan sosial dan politik, serta diplomatik memainkan peran kunci dalam pembentukan offense-defense balance sebuah negara yang dapat mempengaruhi kecenderungan ofensif atau defensif sebuah negara. Offense-dominance dalam teori ini sering diatributkan dengan adanya bahaya-bahaya offense-dominance seperti yang dijelaskan oleh Stephen Van Evera. Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan faktor-faktor militer dan geografis dari pengerahan kekuatan militer AS di Teluk Persia serta faktor tatanan diplomatik di teluk, AS cenderung memiliki keuntungan ofensif yang berunjuk pada kecenderungan AS untuk mengerahkan kekuatan nya dalam hubungan nya dengan Iran.
dc.language.iso en en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject JCPOA en_US
dc.subject Teluk Persia en_US
dc.subject penggunaan kekuatan, Iran, militer en_US
dc.subject Iran en_US
dc.subject militer en_US
dc.subject offense-defense balance en_US
dc.subject AS en_US
dc.subject deployment en_US
dc.subject tekanan en_US
dc.subject regional en_US
dc.title US use of force towards Iran around the Persian Gulf after JCPOA withdrawal en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2017330218
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0405078404
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account