Abstract:
Ada kepercayaan populer bahwa Rusia sedang berusaha untuk membangun kembali ambisi dan pengaruh era Sovietnya. Asumsi ini tidak sepenuhnya salah; ada kecenderungan umum menuju peningkatan yang cukup besar dalam aktivitas militer Rusia di luar wilayahnya. Namun, Rusia tidak pernah secara ekstensif ikut campur dalam konflik di luar negerinya hingga mereka melakukannya di Suriah sejak 2015. Penggunaan kekuatan militer secara langsung Rusia di Suriah belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak konvensional. Selain itu, meskipun secara singkat mengumumkan penarikan pasukan pada tahun 2017, kehadiran militer Rusia di Suriah tidak berkurang atau menurun. Sebaliknya, Rusia terus memainkan peran yang semakin penting dalam konflik dan menjelma menjadi pemain utama di kawasan Timur Tengah. Keadaan ini mengindikasikan adanya masalah yang lebih penting yang dipertaruhkan bagi Rusia. Ini menimbulkan pertanyaan, lalu, apa yang menyebabkan intervensi militer Rusia terus berlanjut di Suriah? Dibantu oleh teori Offense-defense Robert Jervis, penelitian ini menganalisis intensitas security dilemma di dalam dan di sekitar situasi Suriah. Melalui analisis, terdapat beberapa penemuan; bahwa melestarikan pemerintahan Suriah yang sah merupakan kepentingan mendasar Rusia; bahwa tanggapan Rusia terhadap security dilemma cenderung menggunakan kekuatan dalam meresponnya, dan bahwa dalam situasi Suriah, security dilemma terjadi dan terus terjadi, sehingga memotivasi kehadiran Rusia yang berkelanjutan.