Gastrodiplomasi Korea Selatan ke Indonesia tahun 2013-2018

Abstract

Korea Selatan yang memiliki kepentingan nasional berupa nation-branding berusaha untuk memperkenalkan budaya kulinernya melalui gastrodiplomasi ke Indonesia yang mana terjadi benturan antara budaya kuliner Korea Selatan yang tidak bergantung pada sertifikasi halal dengan Indonesia yang serba halal. Ketertarikan ini membawa penulis kepada sebuah pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana implementasi kebijakan luar negeri dari Korea Selatan dalam mengupayakan nation-branding sebagai kepentingan nasional melalui gastrodiplomasi ke Indonesia?”. Guna menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis menggunakan berbagai teori hubungan internasional diantaranya teori kebijakan luar negeri dari Joseph Frankel, teori soft power dari Jonathan McClory, konsep diplomasi publik hingga konsep gastrodiplomasi dari Rockower, serta teori nation-branding dari Ying Fan dan Gyorgy Szondi. Metode penelitian yang penulis digunakan adalah metode kualitatif: studi kasus tunggal dengan teknik pengumpulan data yakni textual analysis. Adapun temuan yang didapatkan oleh penulis bahwa Korea Selatan dengan strateginya dalam gastrodiplomasi ke Indonesia guna mencapai kepentingan nasionalnya yakni nationbranding ialah dengan berbasis pada penggunaan soft power dari negara berupa budaya. Lalu temuan berikutnya bahwa strategi yang dilakukan oleh Korea Selatan bersifat adaptif terlihat dari bagaimana strategi Korea Selatan berusaha untuk mengikuti bagaimana budaya kuliner di Indonesia berjalan. Selain itu, dengan terpenuhinya aspek keterlibatan antara institusi pemerintah dan swasta dari teori kebijakan luar negeri Joseph Frankel dapat menghasilkan strategi-strategi dalam implementasi kebijakan luar negeri Korea Selatan yakni Global Hansik tereksekusi dengan baik.