Abstract:
Penelitian ini akan mencoba untuk menjelaskan inkonsistensi Amerika Serikat dalam hubungannya dengan China yang ditunjukkan oleh perdagangan senjata antara Amerika Serikat dengan Taiwan. Hal ini perlu dijelaskan karena pada tahun 1972 dalam Shanghai Communique Amerika Serikat telah mengakui bahwa hanya ada satu China dan Taiwan adalah bagian dari China. Tetapi disisi lain , Amerika Serikat masih melanjutkan penjualan senjatanya kepada Taiwan dan masih berhubungan dengan Taiwan meskipun hubungan ini bukan hubungan diplomatis. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari penelitian ini yaitu "mengapa Amerika Serikat masih membantu dan berhubungan baik dengan Taiwan meskipun Amerika Serikat telah mengakui One China Policy". Teori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah teori hegemoni regional yang dikemukakan oleh John MearSheimer yang menyatakan bahwa negara great power akan selalu menambah power dan mencegah negara lain untuk mendapatkan power dengan tujuan akhir hegemoni regional. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif untuk mengumpulkan data dan menggunakan analytic industion untuk menganalisis data. Penelitian ini memiliki tiga temuan utama. Temuan pertama adalah Amerika Serikat merasa terancam dengan meningkatnya kekuatan China dan berusaha secara aktif untuk menghentikan peningkatan kekuatan China dengan tujuan untuk mencegah China untuk mencapai hegemoni regional. Temuan kedua adalah China memiliki kapabilitas ekonomi dan militer yang cukup untuk menjadi potensi ancaman nyata bagi Amerika Serikat. Temuan ketiga adalah Amerika Serikat melakukan perdagangan senjata dengan Taiwan dengan tujuan memperkuat Taiwan agar mampu menghadapi China sehingga Amerika Serikat terhindar dari konflik langsung. Strategi ini dinamakan sebagai buck-passing