dc.description.abstract |
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya upaya diplomasi publik Australia melalui Diplomasi Koala. Peminjaman koala merupakan salah satu agenda baru dalam diplomasi Australia, dimana telah mulai diresmikan sebagai salah satu bentuk soft power dalam hubungan diplomatik. Praktik diplomasi yang pada awalnya bersifat kaku dan konvensional, berubah setelah adanya istilah ‘old and new diplomacy’, diplomasi tidak lagi berpusat pada kepala negara, tetapi mulai adanya dominasi dari penggunaan instrumen lainnya. Australia berusaha menggunakan koala, satwa yang menjadi lambang nasional sebagai bentuk dari soft power untuk melaksanakan diplomasi publiknya kepada mitra-mitra penting Australia, juga sebagai bentuk dari new diplomacy. Untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana Upaya Australia Melalui Diplomasi Koala untuk Membantu Mewujudkan Kepentingan Nasional Australia?”, penulis menggunakan teori diplomasi publik dari Alan K. Henrikson dan N.J. Cull, serta konsep soft power dari Joseph Nye. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian, diplomasi koala yang dilakukan Australia merupakan upaya dari tercapainya enlargement dan consolidation, yang merupakan tujuan dari diplomasi publik tersendiri. Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura merupakan negara sekutu yang penting bagi Australia untuk tetap menjaga serta mengupayakan hubungan baik untuk jangka yang panjang. Upaya ini dilakukan demi membantu memenuhi kepentingan nasional Australia yang berusaha dicapai melalui diplomasi publik. |
en_US |