Abstract:
Krisis politik di Burundi mencuat semenjak Pierre Nkurunziza mencalonkan kembali dirinya sebagai presiden Burundi untuk periode ketiganya. Kekecewaan rakyat akan buruknya pemerintahan Nkurunziza dan pelanggaran konsititusi yang dilakukannya menyebabkan munculnya konflik yang menghasilkan banyak korban dan pengungsi. Abainya pemerintah dalam memperjuangkan kesejahteraan dan perlindungan kepada rakyatnya ini kemudian meningkatkan urgensi bagi aktor internasional untuk turut campur tangan. Hal inilah yang mendorong AU sebagai organisasi internasional dengan mandat yang tercantum dalam konstitusinya untuk masuk dalam penanganan konflik tersebut. Penelitian ini akan menjawab pertanyaan bagaimana peran AU dalam menangani konflik di Burundi dengan menggunakan perspektif Clive Archer mengenai tiga peran organisasi internasional, yaitu instrumen, arena, dan aktor. Dalam membantu Burundi untuk menyelesaikan konflik, AU merespon konflik dengan melakukan upaya baik secara damai maupun berbasis militer, seperti negosiasi, mediasi, penyelidikan, pencarian fakta, serta percobaan pengerahan operasi militer.