Abstract:
Britania Raya memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa pada referendum tahun 2016 silam dimana hal ini tentu akan menyebabkan suatu perubahan signifikan baik dalam skala global maupun lokal terutama dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Sebagai teritori khusus Britania Raya, Gibraltar harus menerima keputusan tersebut meskipun hasil referendum Brexit di Gibraltar menunjukkan bahwa hampir seratus persen suara memilih untuk Remain atau tetap bergabung dengan UE. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan penduduk Gibraltar tidak mendukung Brexit. Penulisan ini menggunakan beberapa pendekatan seperti interdependence liberalism, functionalist theory of integration, serta neofunctionalist theory of international integration untuk menganalisis berbagai fenomena yang terjadi sejak awal integrasi Eropa hingga keluarnya Britania Raya dari UE. Beberapa dari pendekatan tersebut juga digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini yakni faktor-faktor penyebab penduduk Gibraltar tidak mendukung Brexit disertai oleh beberapa konsep seperti reciprocity, differentiated integration, Pan-European, regionalisme, referendum, serta voter behaviour. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik kajian literatur. Selain itu, berdasarkan dari tujuan penulisan, penelitian ini tentu bersifat eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gibraltar memiliki tingkat interdependensi ekonomi yang tinggi dengan UE sehingga mayoritas dari mereka tidak mendukung Brexit pada referendum tahun 2016 silam. Lebih dari itu, mereka juga khawatir bahwa Brexit dapat memperketat perbatasan antara Gibraltar dengan Spanyol, serta adanya potensi konflik antara Gibraltar dengan Spanyol dimana pemerintah Spanyol pernah melakukan isolasi total terhadap Gibraltar.