Abstract:
Seiring dengan perkembangan zaman, perusahaan perlu menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan. Banyak perusahaan meningkatkan profit tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan sosial sehingga berdampak buruk terhadap keberlanjutan. Maka dari itu, perusahaan perlu memperhatikan tiga pilar dalam pengukuran kinerja, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial. Berdasarkan Web Economic Forum, The Global Risk Report, dan Detik Travel pesawat menjadi salah satu penyumbang kerusakan lingkungan dan sosial berupa peningkatan emisi karbon dan maraknya kecelakaan pekerja dan penumpang.
Dalam pengungkapan tanggung jawab tersebut, perusahaan membutuhkan laporan keberlanjutan untuk menginformasikan kegiatan yang dilakukan kepada para pemangku kepentingan. Terdapat pedoman dalam menyusun laporan keberlanjutan, salah satunya adalah GRI Standards. Dengan mengacu kepada GRI Standards, laporan keberlanjutan dapat menunjukan kinerja keberlanjutan yang dilakukan oleh perusahaan dalam laporan keberlanjutan yang dibuat.
Penulis menggunakan metode deskriptif dengan objek penelitian laporan keberlanjutan PT. Garuda Indonesia dan PT. Pelita Air Service. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan analisis konten. Hasil dari perhitungan dilakukan dengan The Accordance of Reporting yang diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu Not Applied, Limited Disclose, Partially Applied (1) (2), Well Applied dan Fully Applied.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaporan keberlanjutan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia dan PT. Pelita Air Service secara keseluruhan memiliki format penyajian yang sesuai dengan GRI Standards. Untuk GRI Sector, kedua perusahaan tidak mengungkapkan GRI Sector Airport Disclosure. Untuk indeks POJK51 hanya diungkapkan oleh PT. Pelita Air Service. Pelaporan keberlanjutan didominasi oleh pengungkapan kinerja aspek umum dan kinerja aspek sosial. Untuk aspek umum kedua perusahaan melaporkan dari 1 aspek umum. Untuk aspek sosial PT. Pelita Air Service melaporkan 10 aspek sosial dan PT. Garuda Indonesia melaporkan 9 aspek sosial dari 19 aspek sosial yang tertera pada GRI Standards. Berdasarkan analisis value, terdapat perbandingan jumlah indikator setara dan unggul dari kedua perusahaan, sebagai contoh GRI 201-1 Direct economic value generated and distributed dimana PT. Garuda Indonesia melaporkan kontribusi kepada Negara lebih besar dan detail dibandingkan PT. Pelita Air Service, GRI 302-1 Energy consumption within the organization dimana PT. Garuda Indonesia melakukan penghematan energi yang lebih efisien dari PT. Pelita Air Service, dan GRI 416-2 Incidents of non-compliance concerning the health and safety impacts of products and services dimana PT. Pelita Air Service memiliki tingkat insiden ketidakpatuhan terhadap dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa yang lebih kecil dibandingkan PT. Garuda Indonesia. Berdasarkan analisis perbandingan kesesuaian pelaporan keberlanjutan dengan GRI Standards terlihat bahwa PT. Garuda Indoneia lebih unggul dibandingkan PT. Pelita Air Service sebesar 1,2% yaitu dari PT. Garuda Indonesia sebesar 82,3% dan PT. Pelita Air Service sebesar 81,1% yang keduanya masuk pada golongan Well Applied (>75%-<100%). Setiap perusahaan disarankan untuk memperhatikan pencantuman indikator pada indeks GRI Standards, menyajikan GRI Sector Airport Disclosure dan Indeks POJK51, meningkatkan value kinerja keberlanjutan, serta memperhatikan secara detail panduan dari GRI Standards. Bagi pembaca disarankan untuk memahami bagaimana penerapan GRI Standards, GRI Sector, dan POJK51 dalam pelaporan keberlanjutan.