Abstract:
Dua buah bangunan berdekatan dapat memiliki sistem struktur, kekakuan, dan periode getar berbeda, bila mengalami beban lateral dengan besaran dan arah sama, kedua bangunan tersebut dapat memiliki respon peralihan dengan besaran dan bergerak dalam arah yang saling berlawanan dalam fungsi waktu. Dua bangunan yang berdekatan perlu memiliki siar dilatasi yang cukup, agar ketika bangunan mengalami beban lateral, bangunan tidak mengalami pounding.
Penelitian pada skripsi ini menganalisis peralihan antara titik-titik kritis struktur gedung baja untuk menghitung besar jarak siar dilatasi aman agar tidak mengalami pounding saat mengalami puntir. Jarak pemisah atau siar dilatasi yang memenuhi syarat dihitung berdasarkan analisis respon spektrum dan analisis riwayat waktu dengan perangkat lunak ETABS 2016. Bangunan berada di kota Bandung dengan kelas situs tanah sedang. Hasil analisis respon spektrum digunakan untuk menghitung jarak siar dilatasi dengan metode yang dianjurkan dalam SNI 1726:2012; sedangkan hasil analisis riwayat waktu digunakan untuk mencari jarak siar dilatasi dengan cara grafis dengan memplot peralihan antara titik-titik kritis terhadap waktu. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa besar siar dilatasi hasil analisis respon spektrum lebih besar hingga dua kali jarak siar dilatasi hasil analisis riwayat waktu.