dc.description.abstract |
Peningkatan jumlah penduduk terutama pada negara berkembang telah meningkatkan kebutuhan akan bangunan tinggi pada lahan yang terbatas. Kebutuhan ini mendorong adanya inovasi pada struktur bangunan, salah satunya sistem outrigger dan belt truss untuk mengurangi simpangan lateral akibat beban gempa pada bangunan tinggi. Penelitian terdahulu mengenai perilaku bangunan tinggi dengan sistem outrigger dan belt truss umumnya terbatas pada bangunan tinggi berbentuk segiempat yang beraturan.
Penelitian pada skripsi ini meninjau struktur bangunan beton bertulang silindris tak beraturan 30 lantai yang terletak di kota Bandung dengan braced frame baja pada core bangunan yang dikombinasikan dengan variasi letak dan jumlah sistem outrigger dan belt truss. Ada empat model bangunan dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan analisis respons spektrum dengan bantuan perangkat lunak ETABS 2016. Model pertama merupakan model tanpa sistem outrigger dan belt truss. Model kedua, ketiga, dan keempat merupakan model dengan variasi letak sistem outrigger dan belt truss dengan konfigurasi model kedua pada lantai 10, dan 20, model ketiga pada lantai 5, 15, dan 25, dan model keempat pada lantai 10, 20, dan 25. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa model ketiga merupakan model yang optimal dalam mengurangi simpangan lateral hingga 75%, mengurangi gaya dalam kolom (aksial 12,9%, geser 60,4%, dan momen 43,6%), dan mengurangi gaya dalam balok (geser 55,1%, torsi 86,1%, dan momen 70,8%). |
en_US |