dc.contributor.advisor |
Djelantik, Sukawarsini |
|
dc.contributor.author |
Irawan, Veronica Cindy |
|
dc.date.accessioned |
2020-05-05T06:38:35Z |
|
dc.date.available |
2020-05-05T06:38:35Z |
|
dc.date.issued |
2019 |
|
dc.identifier.other |
skp39357 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/10760 |
|
dc.description |
9184 - FISIP |
en_US |
dc.description.abstract |
Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu pencetus liberalisasi
perdagangan melalui berbagai kebijakan multilaterisme seperti pembentukan
General Agreement on Trade and Tariff (GATT) yang menjadi dasar pembentukan
North American Free Trade Agreement (NAFTA). Namun pada tahun 2017, AS
memutuskan untuk melakukan negosiasi ulang terhadap NAFTA dan mengancam
untuk mundur dari kerangka kerja ekonomi Amerika Utara tersebut. AS juga
menerapkan serangkaian tarif untuk mendesak Meksiko dan Kanada untuk terlibat
dalam perjanjian baru tersebut. Menggunakan teori neo-merkantilisme dan konsep
kepentingan nasional, tulisan ini berfokus untuk menjawab alasan dibalik strategi
AS yang bersifat proteksionisme tersebut. Melalui hasil penelitian ditemukan
bahwa strategi proteksionisme tersebut muncul akibat persepsi bahwa sistem
ekonomi internasional bekerja dengan sistem zero sum game. Akibatnya NAFTA
dianggap merugikan AS yang ditandai dengan defisit perdagangan, stagnansi
pertumbuhan lapangan pekerjaan dan standar gaji, serta tindakan proteksionisme
yang dilakukan oleh Kanada. Situasi ini merugikan bagi AS dan menguntungkan
Meksiko dan Kanada. Oleh karena itu, AS harus segera mengatasi kerugian tersebut
dengan membentuk US-Mexico-Canada Agreement (USMCA) sebagai upaya
untuk melindungi kepentingan negaranya. Dalam upaya untuk menciptakan rezim
yang menguntungkan bagi AS maka strategi America First-pun ditetapkan. Dengan
teori neo-merkantilis dan konsep kepentingan nasional, maka tindakan AS
merupakan tindakan yang rasional. Rasionalitas tersebut didasari dengan prinsip
kondisi ekonomi negara harus diutamakan karena mempengaruhi keberlangungan
negara. Selain itu, melindungi masa depan negara lebih penting bagi AS
dibandingkan melindungi keterbukaan ekonomi internasional. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR |
en_US |
dc.subject |
Amerika Serikat |
en_US |
dc.subject |
Proteksionisme |
en_US |
dc.subject |
NAFTA |
en_US |
dc.subject |
Perdagangan Internasional |
en_US |
dc.subject |
Strategi Ekonomi |
en_US |
dc.title |
Strategi Amerika Serikat terhadap kesepakatan North American Free Trade Agreement (NAFTA) tahun 2017-2018 |
en_US |
dc.type |
Undergraduate Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
NPM2016330015 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
NIDN0416066401 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional |
|