Abstract:
Menurut PBB, blood diamond adalah berlian yang digunakan oleh kelompok pemberontak dalam membiayai pemberontakan terhadap legitimasi pemerintah. Di Sierra Leone, berlian dipakai oleh RUF untuk memberontak terhadap pemerintah hingga menyebabkan perang sipil yang berlangsung dari tahun 1991 hingga 2002. Kasus ini diangkat ke permukaan oleh organisasi Global Witness. Pada tahun 2003, dibentuklah KPCS sebagai upaya dalam menyelesaikan masalah ini. Namun, masih terdapat celah pada KPCS yang membuat berlian ilegal masih beredar di pasaran. Tiga tahun setelah KPCS dibentuk, sutradara Edward Zwick membuat sebuah film yang menceritakan tentang kasus blood diamond. Film ini fokus pada kekerasan yang dilakukan oleh RUF dan menuai banyak respon dari berbagai kalangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian “Bagaimana Film Blood Diamond Mampu Menggugah Kesadaran Masyarakat Dunia terhadap Isu Blood Diamond?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan pendekatan Konstruktivisme, yaitu mengenai konstruksi sosial dari Alexander Wendt, Simulakra dari Jean Baudrillard dan dimensi dampak film dari organisasi The Fledging Fund.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah film Blood Diamond menggambarkan sisi kehancuran Sierra Leone akibat perdagangan berlian ilegal dan perang sipil yang muncul karena ada ide bersama mengenai berlian. Selain itu, film ini berhasil dalam membentuk keterlibatan publik, dengan munculnya banyak respon serta opini dari berbagai macam kalangan individu. Dengan demikian, film Blood Diamond sudah mampu menggugah kesadaran masyarakat terhadap kasus blood diamond dengan mengemas isu ini sedemikian rupa, dan menuai banyak respon dari penonton.