Abstract:
PT Buana Cahaya Abadi Mandiri merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang untuk melengkapi sebuah bangunan. Produk yang dihasilkan PT Buana Cahaya Abadi Mandiri antara lain: atap fiber, tangki air, selang air, dan septic tank. Sampai saat ini, masih sering ditemukan atap fiber cacat pada aktivitas produksi perusahaan yang menggunakan mesin. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti PT Buana Cahaya Abadi Mandiri untuk mengevaluasi perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi yang dilakukan selama ini untuk mengurangi tingkat kecacatan produk atap fiber yang terjadi. Maka dari itu, pemeriksaan operasional diperlukan untuk menilai apakah perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi atap fiber yang dijalankan perusahaan sudah efektif dan efisien. Dengan melakukan pemeriksaan operasional, perusahaan dapat mengetahui bagian mana dari aktivitas produksi yang kurang optimal dan masih dapat ditingkatkan.
Pemeriksaan operasional adalah proses menganalisis aktivitas operasi perusahaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi area yang perlu dilakukan perbaikan berkelanjutan. Proses produksi adalah cara, metode, dan teknik yang dilakukan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Perencanaan produksi adalah perencanaan mengenai sumber daya yang digunakan untuk memproduksi barang di masa depan sesuai dengan yang telah direncanakan atau diperkirakan. Pengendalian produksi adalah kegiatan untuk mengatur aktivitas produksi, agar pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang didapatkan melalui wawancara dan observasi, dan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat di perusahaan seperti struktur organisasi dan job description dari masing-masing bagian di perusahaan. Peneliti mengolah data menggunakan fishbone diagram untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan atap fiber di perusahaan. Peneliti juga menghitung besarnya kerugian yang dialami perusahaan akibat kecacatan produk yang terjadi.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan untuk meneliti aktivitas produksi atap fiber yang menggunakan mesin. Perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan selama ini belum efektif dan efisien karena rata-rata tingkat kecacatan yang terjadi (3,33%) lebih besar dari pada tingkat kecacatan yang ideal menurut manajer produksi (2%). Berdasarkan pemeriksaan operasional yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa kecacatan tersebut terjadi karena faktor manusia yang berpengaruh sebesar 5%, faktor metode yang berpengaruh sebesar 30%, faktor mesin yang berpengaruh sebesar 15%, faktor bahan baku yang berpengaruh sebesar 30%, dan faktor lingkungan yang berpengaruh sebesar 20%. Faktor manusia dan metode seluruhnya dapat dikendalikan perusahaan, sedangkan faktor mesin, bahan baku, dan lingkungan seluruhnya tidak dapat dikendalikan perusahaan. Besarnya kerugian yang ditanggung perusahaan akibat kecacatan yang terjadi selama bulan Oktober 2018 hingga bulan September 2019 adalah sebesar Rp 177.278.937. Kerugian terdiri dari biaya produksi sebesar Rp 171.735.421, biaya membuang produk cacat sebesar Rp 5.140.770, dan biaya untuk memotong kembali produk cacat sebesar Rp 402.746. Untuk mengurangi tingkat kecacatan, perusahaan perlu melakukan beberapa hal, antara lain memperbaiki kebijakan dan prosedur proses produksi, melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan, dan mencatat jumlah hasil produksi beserta produk cacat yang terjadi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pemeriksaan operasional secara rutin setahun sekali agar dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari aktivitas produksi yang dilakukan.