dc.description.abstract |
Dalam era globalisasi ini, pembangunan menjadi suatu hal yang vital bagi suatu negara,
terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta
mengangkat harkat dan daya saing Indonesia dalam tatanan global. Gencarnya pembangunan
infrastruktur di Indonesia kemudian menjadi salah satu faktor meningkatnya peran sektor
konstruksi terhadap perekonomian Indonesia. Konstruksi sendiri adalah bisnis yang berisiko.
Ketika suatu risiko terjadi, risiko dapat mengganggu dan membuat tujuan proyek menjadi
tidak tercapai. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola risiko dengan benar seketika
risiko tersebut diidentifikasi.
Perusahaan membutuhkan kerangka kerja untuk mengelola risiko-risiko yang
dapat terjadi pada proyek. COSO ERM serta ISO 31000 merupakan kerangka kerja
internasional manajemen organisasi yang telah digunakan di dunia internasional dan dapat
diaplikasikan di semua industri, terumasuk industri konstruksi. Sedangkan A Guide to the
Project Management Body of Knowledge ( PMBok Guide), serta Project Risk Analysis &
Management (PRAM) merupakan kerangka kerja yang dikhususkan untuk manajemen risiko
proyek. PT DG merupakan salah satu perusahaan developer di Bandung.
Peneliti menggunakan mixed methods yang terdiri dari grounded theory serta
case studies sebagai strategi penelitian. Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan studi literatur. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel
independen dan dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah pemetaan
manajemen risiko proyek menggunakan COSO ERM, ISO 31000, PRAM, serta
PMBok Guide. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah penilaian efektivitas
manajemen risiko proyek PT DG.
COSO ERM, ISO 31000, PRAM, dan PMBoK memiliki pandangannya
masing-masing atas manajemen risiko, serta memiliki ruang lingkup penerapan manajemen
risiko yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sembilan tahap manajemen risiko
proyek yang dapat digunakan untuk mengelola risiko dalam proyek. PT DG sudah melakukan
aktivitas manajemen risiko proyek dengan baik dalam beberapa siklus, diantaranya siklus
perencanaan serta siklus pengawasan dan kontrol, sedangkan PT DG tidak melakukan
aktivitas manajemen risiko proyek pada siklus pelaksanaan. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, peneliti menyarankan agar PT DG dapat mengidentifikasi risiko yang akan
maupun telah muncul, membuat kriteria risiko, dan dapat mendokumentasikan proses
manajemen risiko, seperti pendokumentasian risiko, kriteria risiko, serta tindakan yang telah
dipilih untuk dijalankan. Untuk itu, PT DG diharapkan dapat menilai risikonya secara tepat
salah satunya dengan menggunakan probability and impact matrix. PT DG juga diharapkan
dapat membuat, menjelaskan, dan merinci setiap tugas dan tanggungjawab untuk setiap bagian
perusahaan dan untuk setiap bagian tim proyek. Peneliti juga menyarankan terkait
perkembangan teori manajemen proyek risiko untuk dapat memperluas sisi sumber risiko yang
dapat menghambat tercapainya tujuan proyek. Tidak hanya mengelola risiko yang sumber
yang berasal dari internal proyek dan pihak luar saja, tetapi juga risiko yang timbul
dikarenakan perusahaan atau organisasi. Selain itu, dalam hal penilaian risiko, sebaiknya
manajemen risiko baik manajemen risiko organisasi maupun manajemen risiko proyek
memiliki standar penilaian yang jelas. Salah satunya dengan menentukan tingkatan dampak
atau kemungkinan perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai very high, high, medium, low
atau very low. |
en_US |