Abstract:
Dunia bisnis masih akan terus berkembang dengan pesat dan akan terus
meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Mengingat perkembangan yang terjadi di dalam
dunia bisnis saat ini terjadi sangat pesat, pelaku bisnis dituntut untuk menjadi individu yang
kompetitif serta mampu mengungguli kompetitor lain di dalam industri yang sama. Selain itu,
penentuan harga jual yang kompetitif merupakan salah satu kunci dalam bersaing dan
mempertahankan kegiatan bisnisnya. Hal tersebut pun di harapkan mampu memaksimalkan
profit yang diperoleh para pelaku bisnis sehingga pelaku bisnis tetap dapat mengoperasikan
bisnisnya.
Agar perusahaan dapat menentukan harga jual yang tepat, diperlukan
perhitungan harga pokok produk yang akurat. Salah satu sistem pembebanan biaya yang
bisa menghasilkan informasi biaya yang tepat. Activity-Based Costing System .Activity-Based
Costing System merupakan sistem pembebanan biaya yang membebankan biaya berdasarkan
dasar alokasi yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan pemikul biaya, seperti product sustaining,
batch-level, output-unit-level, dan facity-sustaining .Lain halnya dengan
traditional costing system yang membebankan biaya hanya berdasarkan output-unit-level
saja, sehingga hasil dari perhitungan harga pokok produk menggunakan Activity-Based
Costing System lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan traditional
costing system.
Metode penelitian pada skripsi ini adalah studi deskriptif dimana peneliti
melakukan pengumpulan data mengenai biaya dengan penelitian lapangan, yaitu wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Peneliti juga melakukan studi literatur dengan sumber buku
utama yaitu buku Cost Accounting: A Managerial Emphasis tahun 2018 karangan Datar dan
Rajan. Obj ek penelitian pada skripsi ini adalah PT Trimas Sarana Garment Industry, sebuah
perusahaan yang bergerak di industri tekstil yang memproduksi celana formal. Data yang
dikumpulkan selama penelitian ini adalah data biaya pada Bulan Februari 2019.
Selama ini PT Trimas Sarana Garment Industry masih menggunakan
traditional costing system. Hasil perhitungan harga pokok produk menggunakan sistem
pembebanan ini belum memadai karena masih terdapat biaya yang seharusnya tidak
dibebankan ke dalam satu produk. Terdapat selisih nilai harga pokok produk antara
perhitungan traditional costing system dengan Activity-Based Costing System yang
menyebabkan terjadinya undercosted pada ketiga job yang dijadikan sampel penelitian. Dari
hasil pengolahan data, diperoleh harga jual yang lebih tinggi dari harga jual yang telah
perusahaan tetapkan sebelumnya, yaitu sebesar Rp34.184 pada job Haward, sedangkan pada
job Makimura sebesar Rp52.130 dan pada job Toyoshima sebesar Rp18.551. Meskipun harga
jual yang dihitung berdasarkan Activity-Based Costing System lebih tinggi, namun peneliti
tetap menyarankan agar perusahaan mengubah sistem pembebanan biaya menjadi Activity Based
Costing System dan menggunakan harga jual perhitungan peneliti untuk pesanan yang
akan datang. Karena harga jual yang perusahaan gunakan sebelumnya sebenarnya
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian yang tidak disadari, sedangkan harga jual
anjuran peneliti lebih tepat dan informatif sehingga dapat membantu perusahaan dalam
melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik terkait negosiasi harga jual dengan
pembeli maupun dalam hal pemberian diskon. Adapula manfaat dari pengaplikasian Activity Based
Costing System adalah memudahkan perusahaan dalam melakukan efisiensi biaya,
sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar.