dc.description.abstract |
Peningkatan konsumsi dari produk-produk seperti obat, personal care, dan farmasi
akan berlipat ganda seiring pertumbuhan populasi dunia yang diprediksi oleh PBB akan
mencapai 9,7 miliar pada tahun 2050 (United Nation, 2019). Meskipun ketergantungan pada
bahan baku impor yang mencapai 95% (kemenperin.go.id, 2018) menyebabkan harga obat di
Indonesia masih mahal, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mencatat bahwa
industri farmasi obat kimia dan obat tradisional di Indonesia telah mengalami pertumbuhan
positif dari konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah yang mencapai angka sebesar
4,46% (Indonesia.go.id, 2019). Di balik besarnya konsumsi produk farmasi, masih banyak
perusahaan farmasi Indonesia yang belum memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat
yang Baik) yang seharusnya menjadi jaminan mutu obat yang akan dikonsumsi masyarakat.
Hal ini dapat menjadi ancaman bagi konsumen sebagai pemangku kepentingan perusahaan
farmasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian pengungkapan perusahaan
farmasi terhadap standar aspek material pada sektor farmasi yang dibuat oleh GRI dan SASB.
Keberadaan perusahaan dan institusi dituntut oleh pemangku kepentingan bukan
hanya untuk menghasilkan laba yang setinggi-tingginya, tetapi aktivitas perusahaan
diharapkan untuk memberikan dampak positif kepada pemangku kepentingan, salah satu
contohnya adalah masyarakat. Kehadiran tuntutan di masyarakat membuat banyak perusahaan
sadar dan melaksanakan corporate social responsibility (CSR) (Lukman, 2012). Pemilihan
aktivitas CSR yang strategis sesuai dengan visi perusahaan dapat membentuk competitive
advantage (Frynas, 2012). Dalam memilih aktivitas CSRnya, perusahaan perlu menentukan
mana aktivitas CSR yang penting atau disebut material. GRI Sustainability Topic for Sectors
dan SASB Materiality MapTM sektor Pharmaceutical, Biotechnology dan Life Sciences telah
menyusun aspek-aspek material yang spesifik untuk sektor farmasi yang dapat dijadikan acuan
perusahaan farmasi Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif untuk memberikan penulis sebuah
riwayat atau menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari
perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau lainnya (Sekaran & Bougie, 2016).
Teknik pengumpulan yang dilakukan adalah dengan studi literatur dan pengumpulan data
sekunder. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengungkapan aspek material yang
disajikan perusahaan dalam sustainability report atau annual report dari delapan perusahaan
sektor farmasi yang terdaftar dalam BEI tahun 2018 dan dibandingkan dengan GRI
Sustainability Topic for Sectors dan SASB Materiality MapTM.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh perusahaan pada sektor farmasi telah
mengungkapkan beberapa aspek material berdasarkan GRI Sustainability Topic for Sectors
dan SASB Materiality MapTM. Perusahaan-perusahaan farmasi Indonesia telah mengungkap
35% dari keseluruhan aspek GRI Sustainability Topic for Sectors dan 43% dari seluruh aspek
SASB Materiality MapTM, yang artinya rata-rata pengungkapan perusahaan farmasi berada di
bawah 50% dari keseluruhan aspek material yang terdapat pada masing-masing standar. Pada
saat membandingkan GRI Sustainability Topic for Sectors dan SASB Materiality MapTM,
ditemukan bahwa 58% dari keseluruhan aspek pada GRI Sustainability Topic for Sectors dapat
disetarakan dengan 74% dari keseluruhan aspek pada SASB Materiality MapTM. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua standar memiliki beberapa aspek material yang membahas hal
serupa yang dijabarkan dari sudut pandang masing-masing standar. Melalui penelitian ini,
perusahaan disarankan untuk lebih memahami aspek material pada setiap standar agar
pemilihan aktivitas CSR sesuai dengan yang memang dibutuhkan perusahaan dan
stakeholders, penelitian dengan periode lebih panjang diperlukan agar dapat memperlihatkan
perubahan pemilihan aktivitas CSR perusahaan farmasi yang disebabkan kasus-kasus khusus
yang hanya terjadi pada periode tertentu. |
en_US |